Sejarah Lapangan Minyak Kedung Keris : Pernah Akan Dijadikan Lapangan Mandiri, Sekarang Produksinya 20 Ribu Barel Per Hari

Lapangan Kedung Keris atau KDK.
Lapangan Kedung Keris, Blok Cepu di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.

SuaraBanyuurip – d suko nugroho

Bojonegoro – Lapangan minyak Kedung Keris (KDK) terletak di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Lapangan ini masuk wilayah kerja pertambangan (WKP) Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan raksasa migas Amerika Serikat, ExxonMobil.

Lapangan Kedung Keris terbilang muda dibanding lapangan minyak Banyu Urip. Kedung Keris ditemukan pada medio 2011. Namun rencana pengembangan (plan of development/PoD) lapangan KDK baru disetujui pada medio 2016.

Sementara lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu, yang berada di wilayah Kecamatan Gayam, atau berjarak sekitar 15 kilo meter dari lapangan Kedung Keris, ditemukan pada 2001 dan PoD diteken pada 15 Juli 2006.

Total investasi proyek Kedung Keris mencapai USD100 juta. Eksplorasi sumur Kedung Keris dilakukan di daratan hingga kedalaman 7.032 kaki (2.143 meter). Sumur ini bersinggungan dengan lapisan minyak setebal 561 kaki (171 meter) di zona karbonat sasaran.

Lapangan Kedung Keris mulai produksi perdana pada 17 Desember 2019. Cadangan minyak Lapangan Kedung Keris bisa diproduksi hingga 20 juta barel. Meski tergolong lapangan muda di Blok Cepu, namun sumur minyak di lapangan Kedung Keris cukup potensial dibanding sumur-sumur minyak di Lapangan Banyu Urip.

Satu sumur di lapangan Kedung Keris bisa memproduksi minyak 20 ribu barel per hari (bph). Sementara di Lapangan Banyu Urip terdapat 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi yang berada tapak sumur A, B dan C.

“Kalau bapak ibu pernah mengunjungi lapangan milik Pertamina, satu lapangan yang terdiri dari beberapa sumur hanya bisa produski 2 sampai 3 ribu barel sehari, tapi di Kedung Keris ini produksinya bisa sampai 20 ribu barel sehari. Padahal di Kedung Keris itu hanya ada satu sumur. Jadi bapak ibu bisa tahu, betapa strategisnya lapangan Kedung Keris ini bagi kami,” tutur Harwiyono, Onshore Facility Manager EMCL kepada wartawan dalam rangkaian kegiatan bertajuk “Media Bojonegoro dan Tuban Sambangi Lapangan Banyu Urip, Selasa 19 September 2023.

Kedung Keris Awalnya Dijadikan Lapangan Mandiri

Sesuai analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), Kedung Keris awalnya diproyeksikan menjadi lapangan mandiri. Di tempat ini akan dibangun fasilitas pemrosesan minyak mentah yang dilengkapi dengan flaring atau gas suar bakar.

Lapangan Kedung Keris.
Lapangan minyak Kedung Keris saat masih dilakukan eksplorasi.

Namun, seiring berjalannya waktu, saat Kedung Keris akan memulai fase produksi, Amdal tersebut diubah. Dalam sidang adendum amdal yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), pada 9 Mei 2018, di ruang Angling Dharma Pemkab Bojonegoro, diputuskan lapangan Kedung Keris diintegrasikan dengan Lapangan Banyu Urip.

Sehingga lapangan Kedung Keris tidak lagi menjadi lapangan mandiri. Melainkan berubah menjadi sumur yang terintegrasi dengan Lapangan Banyu Urip. Perubahan status itu diikuti dengan perubahan desain dan pengelolaan lingkungan seperti fasilitas pengolahan, flare, dan injeksi dari Bengawan Solo di Desa Ngablak, tidak ada lagi.

EMCL kemudian membangun jaringan pipa 8 inci untuk mengalirkan minyak mentah dari lapangan Kedung Keris menuju pusat fasilitas pemrosesan (Central Processing Facility/CPF) Banyu Urip. Jaringan pipa yang dibangun sepanjang 16 kilo meter (KM) melaui sejumlah desa di beberapa kecamatan. Sepanjang 14 Km pipa ditanam di lahan milik operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), dan 2 Km menggunakan tanah milik warga yang sudah dibebaskan.

Sejumlah desa yang dilalui pipa minyak Kedung Keris meliputi Desa Sukoharjo dan Leran, Kecamatan Kalitidu; Desa Wadang, Jampet, Jelu di Kecamatan Ngasem; dan Desa Gayam, Kecamatan Gayam.

Pembangunan pipa minyak Lapangan Kedung Keris dilaksanakan oleh kontraktor EMCL, PT Meindo Elang Indah. Pipa minyak ini ditanam sedalam kurang dari 1,5 meter di samping pipa 20 inci milik EMCL yang sekarang ini digunakan mengalirkan minyak mentah dari CPF Banyu Urip menuju Floating Storage and Offloading (FSO) Gagak Rimang di lepas pantai Palang, Kabupaten Tuban.

Minyak mentah dari Kedung Keris ini lebih dulu diproses CPF Banyuurip untuk dipisahkan antara air dan gasnya sebelum dialirkan ke FSO Gagak Rimang.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *