SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Tuban – Komisi III DPRD Kabupaten Tuban, Jawa Timur mendatangi Komisi VII DPR RI di Jakarta, untuk meminta dukungan agar konten lokal dilibatkan secara maksimal di proyek Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban yang dikerjakan oleh Pertamina – Rosneft.
Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto menegaskan bahwa semua proyek pembangunan termasuk GRR Tuban, tentunya ditujukan untuk kepentingan seluruh masyakat Indonesia, khususnya masyarakat kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Komisi III DPRD Kabupaten Tuban, lanjut Sugeng juga meminta dukungan agar dalam pelaksanaan proyek GRR TUban melibatkan BUMD Ronggolawe Sukses Mandiri dan kontraktor lokal secara maksimal. Tidak hanya itu, DPRD Tuban juga meminta dukungan tentang adanya proses perijinan terhadap 86 sumur tua yang sedang diproses.
“Tentu kami akan menindaklanjuti aspirasi dari Komisi III DPRD Tuban ini, dan menyampaikannya kepada stakeholder terkait dalam rapat-rapat mendatang. Bahkan kami juga sudah menjadwalkan akan meninjau langsung ke lokasi GRR di Tuban. Intinya, kami akan terus mendukung pembangunan GRR Tuban, sekaligus juga berharap agar pembangunan tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya yang masyarakat Tuban,” papar politisi Nasdem itu saat menerima rombongan Komisi III DPRD Tuban, Kamis (2/2023).
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Ratna Juwita Sari menegaskan bahwa proyek GRR Tuban sejauh ini masih terus berjalan.
“Karena teman-teman DPRD Tuban mendengar desas-desus bahwa PT Rosneft dari Rusia menarik diri dari proyek GRR. Namun dari hasil komunikasi kami dengan Dirut PT Pertamina mengkonfirmasi bahwa sejauh ini Rosneft masih ikut dalam proyek GRR tersebut,” ujar Ratna.
Meski demikian, lanjut Ratna, sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto bahwa proses geopolitik internasional membuat kerja sama antara Indonesia, PT Pertamina denga Rosneft agak terhambat. Namun pihaknya medorong Pertamina agar tetap berupaya proyek tersebut dapat berjalan on schedule.
Dalam kesempatan itu Politisi dari Fraksi PKB ini juga mengungkapkan bahwa dalam perjalanannya ada perubahan rencana dari GRR. Di mana Pertamina akan mengusung green refinery.
“Kami tentu menyambut baik rencana perubahan plan proyek GRR tersebut lewat Green Refinery. Karena itu sesuai dengan komitmen untuk menyegerakan proses transisi energi secara nasional,” tambah Politisi Fraksi PKB asal Kabupaten Tuban ini.
Sebagai informasi, megaproyek GRR Tuban menelan investasi senilai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun. Perkembangan proyek sekarang ini masih dalam proses persiapan tahap keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) dengan mitra Rusia, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Perkembangan lainnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) juga sedang mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek GRR Tuban kepada rekanan bisnis Rosneft.
Proyek GRR Tuban sekarang ini juga masih memerlukan sejumlah dukungan terkait infrastruktur dan akses lahan kilang sebagaimana tertuang dalam joint venture agreement antara Pertamina dan Rosneft. Yakni, pembangunan ruas jalan tol ruas Tuban dan rel kereta api dari Babat-Tuban untuk mendukung operasi kilang secara berkelanjutan.
Juga pelebaran jalan dan penguatan jembatan existing di ruas Gresik-Tuban. Status saat ini, telah didapatkan persetujuan pelebaran jalan sebesar 3,6 kilometer dari target 10,5 km.
Proyek GRR Tuban berdiri di atas lahan seluas 840 hektar di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Secara umum kilang GRR Tuban terdiri dari total 70 unit dengan 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan petrokimia, dan sisanya merupakan unit pendukung.
Kilang GRR Tuban sendiri ditargetkan dapat menjadi pemimpin industri dengan margin pengolahan tertinggi dibandingkan dengan kilang lain di Asia Tenggara.
Salah satu inovasi penting yang ditelurkan dari GED GRR Tuban ini adalah penggunaan teknologi high bottom of the barrel conversion yang memungkinkan kilang GRR Tuban dapat mengolah residu atau sisa minyak mentah menjadi material olahan minyak bumi lain yang bernilai tinggi.
Sebagai tambahan kilang GRR Tuban juga diproyeksikan dapat mengolah minyak mentah berat dan mengandung sulfur tinggi yang secara umum dikenal tidak mudah untuk diolah. Selain itu kilang GRR Tuban juga terintegrasi dengan kompleks industri petrokimia yang dapat mengolah material minyak bumi menjadi produk turunan petrokimia seperti styrene, polypropylene, polyethylene, serta produk aromatik.
GRR Tuban dirancang memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah kurang lebih 300 ribu barel per hari dan produksi petrochemical mencapai 4.250 kilo ton per annum (ktpa). Selain itu, Kilang Tuban juga akan memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dengan kualitas Euro V (BBM ramah lingkungan) yaitu gasoline sebesar 80.000 barel per hari dan diesel sebesar 98.000 barel per hari.
Proyek GRR Tuban akan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang pada saat konstruksi, dan 2.500 pada saat mulai beroperasi.(suko)