SuaraBanyuurip.com – Teguh Budi Utomo
Denpasar – Potensi minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia di anggap masih bagus. Secara geologis dari 128 cekungan yang tersebar di tanah air, baik itu offshore (di dasar laut) maupun onshore (di darat), baru 20 cekungan yang berproduksi. Dari jumlah itu potensi minyak mentah yang belum diproduksi mencapai sekitar 4 miliar barel, dan gas sebanyak 54 triliun kubik.
“Indonesia surplus gas bumi, dan menjadi pionir LNG (liquefied natural gas) dunia sehingga menjadi net eksportir gas,” papar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Dananjayo Suryodipuro, dalam paparannya yang berjudul Strategi Komunikasi Industri Hulu Migas pada Lokakarya Media Periode III bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama Wilayah Timur (KKKS Cluster Timur) di Denpasar, Bali tanggal 15-16 November 2023.
Hudi yang kala itu sebagai pemateri bersama Tenaga Ahli Utama Bidang Energi, Kedeputian I Kantor Staf Presiden, Hageng Suryo Nugroho, dan Anggota Dewan Pers, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat & Penegakan Etika Dewan Pres, Arif Zulkifli, menambahkan, terkait kesediaan energi tidak lepas dari dinamika dan tantangan yang ada dari sisi perubahan ekonomi dan geopolitik dunia, pengaruh Amerika Serikat, keamanan ketahanan kemampuan energi, tren investasi, dan transisi energi.
“Angka investasi Migas di Indonesia juga sangat bagus, pada tahun lalu mencapai 12 persen, jauh di atas angka investasi dunia yang hanya enam persen,” ungkap Hudi, “tapi perlu diingat bahwa kita bersaing dengan negara-negara di dunia yang juga memiliki portofolio Migas yang bagus.”
Ia katakan, pada tahun 2022 industri Migas memberikan kontribusi kepada negara sekitar Rp700 triliun. Multiplier effect juga dikontribusikan di industri Migas. Contohnya Husky – CNOOC Madura Limited (HCML) yang sukses mengadakan program apprentice, dimana potensi lokal dididik untuk kemudian bekerja di HCML. Industri berbasis fosil di bawah tanah ini juga memberikan kontribusi secara tidak langsung kepada industri lain. Seperti industri kesehatan, asuransi, vendor-vendor lokal, dan lainnya.
Sementara itu, Hageng Suryo Nugroho dalam presentasinya yang berjudul “Peran Industri Hulu Migas Menuju Ketahanan Energi” mengatakan, Indonesia masih punya banyak potensi Migas. Dari 60 basin yang ada, baru 20 basin yang dieksplorasi. Artinya NKRI masih punya banyak potensi Migas, dan besar. Di lain sisi negara juga menawarkan banyak insentif fiskal, lembaga legislatif (DPR) juga akan merevisi UU Migas agar insentif tadi menjadi lebih menarik.
“Permintaan akan energi di Indonesia dan dunia juga besar alias meningkat setiap tahun, itu berarti Migas masih dibutuhkan,” kata Hageng.
Ia analogikan, jumlah kendaraan meningkat setiap tahun, pabrik pupuk yang memerlukan gas. Demikian juga pembangkit listrik juga membutuhkan Migas.
Sedangkan Arif Zulkifli dalam materinya bertajuk “Hubungan Narasumber dan Media dalam Mengembangkan Komunikasi yang Efektif di Industri Hulu Migas” mengungkapkan, ketahanan energi membutuhkan dukungan semua pihak. Target lifting minyak pada 2024 sebesar 625.000 barel per hari membutuhkan kerja kolaboratif semua pihak, salah satunya media.
“Opini publik dibentuk dari opini dan arah pemberitaan dari media, krisis komunikasi akan menghambat pencapaian target tersebut,” papar Pemred Tempo tersebut.
Jurnalis yang akrab disapa Azul itu menambahkan, memang kebebasan pers dan berekspresi perlu, namun harus dikelola dan diatur agar sinergi tidak terganggu, dan komunikasi tidak salah arah. Hak informasi publik perlu dipenuhi, namun wartawan yang memberitakan juga harus tahu kode etik.
Penting juga publik mengenali media, bentuk, dan semacamnya. Melalui cara ini akan terbentuk komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik penting sehingga bisa membangun sebuah hubungan yang harmonis antara media dan publik.
Kunjungan media, media gathering, dan menjalin hubungan personal dengan jurnalis merupakan bentuk investasi waktu dan tenaga praktisi humas.
“Investasi yang jelas menguntungkan di masa depan, seperti mudahnya praktisi menghubungi langsung media atau jurnalis yang bersangkutan,” pungkas Arif Zulkifli.
Dalam rilis yang diterima SuaraBanyuurip.com, Minggu (19/11/2023), kegiatan ini dihelat SKK Migas Perwakilan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa). Acara mengundang 40 pimpinan media yang berada di wilayah kerja SKK Migas Jabanusa ini mengusung tema “Roadmap Industri Hulu Migas Menuju Ketahanan Energi Nasional dan Tantangannya Dalam Mewujudkan Kedaulatan Energi di Tengah Disrupsi.”
Pada kesempatan itu Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Nurwahidi, mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada media atas pemberitaan-pemberitaan positif tentang kinerja SKK Migas dan K3S di wilayah kerjanya. Meski masih ada pemberitaan negative, ia nilai itu sebagai bahan pembelajaran, dan koreksi untuk perbaikan.
Diungkapkan, produksi minyak di Jabanusa masih melebihi dari target yaitu enam persen. Sedangkan untuk gasnya tercapai dari sisi potensial produksi. Namun demikian masih ada sekitar 25 persen gas yang berpotensi untuk diproduksi, belum dapat dilakukan.
“Kami membutuhkan dukungan media juga untuk mendorong tercapainya realisasi produksi gas tersebut,” kata Nurwahidi. (tbu)