6 Warga Bojonegoro Lumpuh Diserang Chikungunya, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Chikungunya.
FOTO ILUSTRASI : Virus Chikungunya disebarkan oleh nyamuk.(ist)

SuaraBanyuurip.com – Sebanyak enam warga Desa/Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dilaporkan lumpuh mendadak diduga terinfeksi virus chikungunya. Mereka rata-rata lanjut usia (lansia).

Keenam warga yang terserang virus chikungunya tersebar di RT 15, 16, 17, dan RT 18. Dua diantara warga yang terserang chikungunya telah pulih.

Pihak Puskesmas Sukosewu juga sudah melakukan penanganan terhadap korban, dan melakukan foging (penyemprotan) untuk mengendalikan penyebaran virus chikungunya.

Mengenal Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang bisa menyebabkan demam tiba-tiba dan nyeri sendi yang parah. Dilansir dari halodoc, tanda dan gejala lain termasuk kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan ruam. Tanda dan gejala chikungunya biasanya muncul dalam dua sampai tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

Sayangnya sejauh ini belum ada vaksin untuk mencegah demam chikungunya, dan tidak ada pengobatan antivirus yang efektif. Namun, penyakit ini menyebar secara terbatas dan jarang menyebabkan komplikasi serius. Perawatan biasanya ditujukan untuk menghilangkan gejala, seperti istirahat, mengganti cairan yang hilang, dan pemberian obat-obatan untuk meredakan nyeri sendi dan demam.

Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Afrika, Asia, Eropa, dan pulau-pulau di Samudra Hindia dan Pasifik. Kasus chikungunya pertama yang dilaporkan di Amerika terjadi pada tahun 2013, di pulau-pulau di Karibia.

Kebanyakan orang bisa pulih sepenuhnya dan gejala akan bertahan antara tiga sampai 10 hari. Namun bagi sebagian orang, nyeri sendi dapat berlanjut selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Kematian akibat komplikasi chikungunya sangat jarang, tetapi virus terkadang menyebabkan masalah yang parah, kebanyakan pada orang dewasa yang lebih tua dengan penyakit kronis lainnya. Orang yang telah terinfeksi sekali kemungkinan besar akan terlindungi dari infeksi di masa depan.

Faktor Risiko Chikungunya

Oleh karena penyebabnya adalah nyamuk yang sama dengan penyebab demam berdarah dengue, yakni Aedes aegypti, maka faktor risikonya tak berbeda jauh dengan demam berdarah, yaitu:

Tinggal atau bepergian ke daerah tropis atau daerah yang sanitasinya kurang terjaga.

Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.

Penyebab Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk yang terinfeksi. Penyakit ini disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV). Orang yang terinfeksi tidak dapat menularkan virus secara langsung ke orang lain. Penyakit ini akan menyebar ketika nyamuk memakan seseorang dengan virus yang beredar dalam darahnya. Nyamuk dapat mengambil virus dan menyebarkannya ke orang lain melalui gigitannya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidak ada bayi yang ditemukan terinfeksi virus chikungunya karena mengonsumsi ASI. Virus chikungunya juga paling sering ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Epidemi CHIKV di Afrika dan Asia terutama dikaitkan dengan nyamuk perkotaan Aedes aegypti. Namun sejak wabah di Réunion pada tahun 2005, Aedes albopictus telah diperkenalkan sebagai penyebar utama CHIKV kedua. Aedes albopictus tersebar lebih luas dan memiliki kemampuan bertahan hidup di iklim sedang. Ia berbeda dengan Aedes aegypti, yang hidup terutama di daerah tropis dan subtropis. Kedekatan tempat perkembangbiakan nyamuk dengan tempat tinggal manusia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk chikungunya.

Gejala Chikungunya

Gejala awal chikungunya biasanya adalah demam yang diikuti dengan ruam. Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, timbulnya penyakit biasanya terjadi 4 sampai 8 hari kemudian, tetapi kisarannya bisa 2 sampai 12 hari.

Gejalanya chikungunya meliputi:

Demam tinggi yang tiba-tiba (biasanya di atas 38,8 derajat Celsius).

Nyeri sendi.

Sakit kepala.

Nyeri otot.

Radang sendi.

Mata merah.

Mual.

Muntah.

Ruam makulopapular (ditandai dengan area merah datar pada kulit yang ditutupi dengan tonjolan tinggi).

Mayoritas orang yang terinfeksi virus akan memiliki gejala. Sementara itu, CDC melaporkan sekitar 3 hingga 28 persen orang yang terinfeksi chikungunya tidak bergejala. Menurut CDC, gejala demam juga biasanya berlangsung dari beberapa hari hingga seminggu. Demam juga bisa bifasik, artinya bisa datang dalam dua tahap.

Sebagian besar pasien pulih sepenuhnya dari infeksi, tetapi dalam beberapa kasus nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Menurut CDC, beberapa pasien akan mengalami kekambuhan gejala rematik seperti poliartralgia, poliartritis, tenosinovitis, atau sindrom Raynaud dalam beberapa bulan setelah penyakit akut.

Penelitian telah melaporkan bahwa di mana saja dari 5 hingga 80 persen pasien akan mengalami nyeri sendi yang persisten, serta kelelahan yang berkepanjangan, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah penyakit mereka. Setelah seseorang pulih, mereka akan kebal dari infeksi di masa depan

Kasus parah dan kematian akibat chikungunya sangat jarang dan hampir selalu terkait dengan masalah kesehatan lain yang ada. Orang yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah termasuk bayi baru lahir yang terinfeksi sekitar waktu kelahiran, orang dewasa di atas usia 65 tahun, dan orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.

Pengobatan Chikungunya

Tidak ada obat antivirus khusus untuk chikungunya, jadi pengobatan hanya difokuskan untuk meringankan gejala yang muncul. Beberapa perawatan yang bisa dilakukan, antara lain:

Antipiretik untuk menurunkan demam.

Analgesik untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan demam.

Minum banyak cairan.

Istirahat.

Pencegahan Chikungunya

Tidak ada vaksin atau obat pencegahan untuk chikungunya, jadi cara terbaik untuk menghindari infeksi adalah dengan mencegah gigitan nyamuk. Namun, ada vaksin potensial yang sedang dievaluasi dalam uji klinis.

Tindakan pencegahan dasar harus diambil oleh orang-orang yang bepergian ke daerah berisiko tinggi, termasuk:

Mengenakan lengan panjang, celana panjang, dan pakaian lain yang meminimalkan paparan kulit.

Menggunakan obat nyamuk pada kulit atau pakaian.

Memastikan ruang dalam ruangan memiliki tirai yang memadai untuk mengusir nyamuk.

Menggunakan kelambu berinsektisida di atas tempat tidur jika kamu hendak tidur di siang hari.

Mengenakan kelambu di wajah dan leher, selain menggunakan sarung tangan atau losion anti nyamuk, jika kamu menghabiskan banyak waktu di luar ruangan.

Menghindari perjalanan ke daerah yang mengalami wabah chikungunya.

Menggunakan obat nyamuk bakar dan penguap insektisida pada siang hari.

Mengurangi jumlah tempat nyamuk berkembang biak di sekitar rumah juga bisa mengurangi populasi nyamuk secara signifikan.

Beberapa tindakan sederhana yang bisa dilakukan meliputi:

Mengosongkan air dari wadah, seperti cawan di bawah pot tanaman, vas, ember, dan talang hujan.

Menutupi wadah air yang tidak dapat dikosongkan, seperti tangki atau waduk yang menyediakan air rumah tangga.

Menyingkirkan ban bekas yang tertinggal di luar.

Menyimpan sampah dalam kantong plastik tertutup dan wadah tertutup lainnya panah ke atas.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *