SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Sejumlah SMP Negeri di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur masih banyak kekurangan pagu. Kalangan DPRD Bojonegoro menilai sekolah negeri kalah bersaing dengan sekolah swasta, sehingga muridnya menurun.
Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro Ahmad Supriyanto mengatakan, persaingan antara sekolah negeri dan swasta semakin ketat. Apalagi saat ini orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di swasta berbasis agama.
“Misalnya di MTS hingga ke pondok pesantren yang terbilang favorit,” katanya, Senin (15/4/2024).
Sehingga, hal tersebut menyebabkan tren atau minat sekolah di SMPN menurun. Supriyanto mengatakan, kondisi ini menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Pendidikan Bojonegoro untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah negeri.
“Karena kompetisi antar sekolah negeri dan swasta sangat ketat. Banyak sekolah swasta yang menerapkan pembelajaran berkualitas dengan berbagai inovasi,” ungkap politisi Partai Golkar ini.
Kapala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro Zamroni sebelumnya mengatakan, ada empat jalur PPDB di antaranya jalur afirmasi, perpindahan tugas orang tua, zonasi, prestasi, dan pemenuhan kuota atau tiga tahapan.
“Tercatat ada 15 SMPN di Bojonegoro yang pagunya terpenuhi, sementara sisanya ada sekitar 34 SMPN pagunya belum terpenuhi. Jumlah itu, dari total 49 SMPN di Bojonegoro,” katanya.
Dia mengatakan, untuk sekolah yang pagunya belum terpenuhi, tahapannya langsung diserahkan di SMPN masing-masing. Apakah memperpanjang pendaftaran PPDB atau tidak.
“Secara offline diserahkan ke sekolah masing-masing,” kata Zamroni.(jk)
Inilah hasil kerja keras Dinad Pendidikan. Yg berhasil merusak tatanan kerja dilingkungannya. Khususnya di lembaga Sekolah Dasar. Banyak guru didibukan fengan tugas lain sehingga tugas pokoknya tidak ada yang mengontrol. Jauh bedanya bila dibandingkan dengan zanannya pak Zaenudin. Guru sangat berkonsentrasi dalam mengajar membimbing melatih. Yang perlu dicari jawabannya betulkah penguasanya memberi tugas agar Sekolah Dasar Hancur. Kita tidak bisa lari dari zaman. Menjadi hal biasa dinas dinas sudah ditaburi bau politik. Selalu bersemangan guruku jangan patah semangat. Kembalilah ke Budi Utomo yg sejati.
– Ing ngarso sung tulodho
– Ing madyo mangun Karso
– Tut Wuri Handayani