Harga Gaplek Naik Petani Tersenyum

Petani pinggiran hutan gaplek.
HARGA NAIK : Petani pinggiran hutan sedang mengupas singkong untuk dikeringkan menjadi gaplek.

Dalam setiap tahun di musim panen raya harga komoditi pertanian selalu bisa ditebak tak stabil dan bahkan cenderung cepat turun. Tahun ini tidak, salah satunya harga gaplek petani pinggiran hutan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang semakin merangkak naik sehingga bisa membuat petani tersenyum.

TAMPARAN terik matahari siang itu kian menggores kulit. Sejak awal bulan Juli 2024 lalu panas makin digdaya membuat dedaunan di musim penghujan terlihat hijau, kini mulai menguning. Panas matahari terasa bak kobaran api, hanya sesekali timbul tenggelam tertutup awan yang berjalan beriringan digendong angin.

Namun tak membuat para petani pinggiran hutan turut wilayah Kecamatan Ngasem, Kebupaten Bojonegoro, bergeming. Justru terus beraktivitas mengupas singkong untuk dikeringkan menjadi gaplek.

Tak seperti tahun lalu, tahun ini harga gaplek mengalami kenaikan. Dari semula harga gaplek kering Rp 3.400 per kilo gram (Kg) kini naik menjadi Rp 3.800 per Kg.

“Tahun ini harga gaplek kering terus mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu. Sekarang naik menjadi Rp3.800 per Kg dari semula Rp 3.400 per kg. Tahun lalu hanya Rp 3.200 per Kg, itupun tidak bertahan lama sudah turun lagi,” ujar Kariyatun petani pinggiran hutan kepada Suarabanyuurip.com.

Naiknya harga gaplek dan panasnya cuaca semakin menambah petani semangat menjemur gaplek agar cepat kering dan bisa segera dijual ke pembeli. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga.

“Cuacanya cukup mendukung karena panas, jadi hanya butuh waktu tiga sampai empat hari saja gaplek sudah kering dan bisa langsung dijual. Apalagi harganya bagus bisa dirasakan hasilnya, tentunya ya senang lah, Pak,” ujar warga RT 06, RW 02, Desa Butoh, Kecamatan Ngasem tersebut.

Cuaca panas memudahkan petani keringkan gaplek.
Cuaca panas memudahkan petani keringkan gaplek.

Segendang seirama diungkapkan petani lainnya Sadi. Ia mengaku, memilih untuk di gaplek dan tidak dijual singkong karena harga gaplek lebih bagus dan cuaca alam sangat mendukung untuk mengeringkan gaplek. Selain cepat kering, hasilnya bagus, yaitu putih.

“Dijual singkong langsung harganya murah hanya Rp1000 per Kg, jadi tak jual gaplek saja meski butuh waktu empat hari baru kering karena harganya bagus. Untuk pembelinya ya warga sini saja,” ujarnya.

Pria lanjut usia ini menuturkan, tahun ini tergolong tidak banyak petani yang tanam singkong. Rata rata yang tanam hanya petani hutan (penggarap lahan hutan). Sedangkan singkong dapat di panen pada usia delapan sampai sembilan bulan.

“Harapannya ya harga tetap naik terus tidak cepat turun. Gaplek juga tidak tak jual semua, sebagian saya sisihkan untuk disimpan dibuat nasi juga enak,” imbuhnya.

“Kalau hasil relatif lah tinggal sedikit banyaknya gaplek yang dijual. Berapapun hasil yang saya dapat tak syukuri saja, alhamdulilah cukup buat kebutuhan keluarga sehari hari,” pungkasnya.(Sami’an Sasongko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *