SuaraBanyuurip.com – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LLPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro) melakukan monitoring dan evaluasi di 27 lokasi kuliah kerja nyata (KKN) yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Monev ini untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program yang dilaksanakan mahasiswa KKN.
Rektor Unigoro Dr. Tri Astuti Handayani, SH., MM., M.Hum, dan Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Dr. Arief Januwarso, S.Sos., M.Si turut serta dalam monev. Monev ini dilaksanakan pada 6 dan 7 Agustus 2024 dengan melibatkan 24 dosen beserta pejabat struktural Unigoro.
Salah satu monev dilaksanakan di Kelompok 4 Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, pada Senin (5/8/2024) kemarin. Monev dilakukan untuk menilai sejauh mana program-program yang direncanakan oleh mahasiswa KKN telah berjalan sesuai rencana dan memberikan mafaat nyata bagi mayarakat.
Tim Monitoring yang melakukan kegiatan monev di Desa Jelu terdiri dari Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina R.,S.Si, M.Sc., Endang, S.E.,M.M., Dr. Nova Nevila Rodhi, S.T.,M.T. serta Nindy Callista Elvania, S. T., M.Ling. selaku Dosen Pembimbing Lapangan.
Dalam kunjungan tersebut, Tim Monitoring berdialog dengan para mahasiswa kelompok 4 mengenai salah satu program unggulan yang mendapat perhatian khusus adalah program budidaya maggot dan pembuatan pakan ternak fermentasi. Selain itu tim monitoring juga mengajak kelompok 4 untuk menunjukkan lokasi budidaya maggot yang sudah dilaksankan.
Hasil Evaluasi awal menunjukkan bahwa sebagian besar program yang dijalankan telah mencapai target yang diinginkan. Namun tim monitoring juga memberikan beberapa rekomendasi perbaikan atau penambahan, seperti menambah pembuatan satu kandang maggot yang dialokasikan kepada masyarakat miskin.
“Kami berharap melalui kegitan monitoring dan evaluasi ini, program KKN kelompok 4 dapat terus ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat,” pesannya.
Laily menjelaskan poin-poin penilaian dari petugas monev diantaranya pelaksanaan program kerja yang sudah dilakukan, kesesuaian pelaksanaan program kerja dengan timeline yang telah ditentukan, ketercapaian program kerja disertai dengan bukti, program kerja yang berkaitan dengan misi zero poverty (nol kemiskinan, red), serta permasalahan yang dihadapi selama KKN berlangsung.
Menurut Laily, di pekan ketiga pelaksanaan KKN seharusnya program kerja setiap kelompok telah berjalan sebanyak 80 persen.
“Setiap kelompok pasti punya program kerja masing-masing. LPPM Unigoro tidak menargetkan jumlah program kerjanya harus sekian. Ada masalah apa di desa, maka itulah yang di-treat (diatasi, red) dengan program kerja. Intinya macam-macam tergantung masalah yang dihadapi di lapangan,” paparnya.
Dosen prodi ilmu lingkungan Unigoro ini menambahkan, LPPM Unigoro menganjurkan setiap kelompok KKN untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya lembaga pemerintahan, karena tidak mungkin mengatasi kemiskinan di desa bisa diselesaikan oleh mahasiswa.
“Kapasitas mereka hanya mahasiswa dan waktu pengabdian hanya satu bulan. Kalau tidak bersinergi dengan pihak lain, tidak mungkin bisa jalan. Bahkan, beberapa hari lalu ada kelompok yang dropping air bersih karena desa lokasi KKN-nya kekeringan. Karena masyarakatnya sendiri tidak bisa mengupayakan itu,” pungkas Laily.
Kegiatan monev diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara Tim Monitoring dan seluruh anggota kelompok 4. Mahasiswa KKN menyampaikan berbagai pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi selama berada di lapangan, serta berharap mendapatkan dukungan yang lebih dari pihak Universitas untuk berkelanjutan program yang telah dijalankan.
Dengan adanya monitoring dan evaluasi ini, diharapkan program KKN dapat terus berkembang dan semakin memberikan kontribusi nyata bagi pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan Kesejahteraan sehingga program yang dilaksanakan dapat berkelanjutan.
KKN Tematik Kolaboratif Unigoro 2024 mengangkat tema Sinergitas Desa dan Perguruan Tinggi dalam Upaya Mencapai Zero Poverty untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Ada lima kecamatan dengan kantong kemiskinan tertinggi di Kabupaten Bojonegoro yang menjadi lokasi KKN. Yakni Ngasem, Kedungadem, Tambakrejo, Ngraho, dan Bojonegoro.(red)