SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyatakan bahwa proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) memiliki sasaran untuk memproduksi perkiraan tambahan minyak sebesar 42.92 MMBO (million barel oil/juta barel minyak) melalui pengeboran tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.
Ketujuh sumur di bawah pengelolaan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang berlokasi di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu terdiri lima sumur infill dan dua sumur clastic.
Sesuai strategi EMCL dalam implementasi tajak tujuh sumur itu, enam sumur akan tajak di 2024 dan satu sumur akan tajak di 2025. Dwi Soetjipto mengemukakan hal ini ketika mendampingi Menteri ESDM Arifin Tasrif meresmikan produksi minyak perdana BUIC.
“Minyak perdana yang peresmiannya kita saksikan hari ini merupakan minyak yang diproduksikan dari sumur B13, yang merupakan sumur pertama dari proyek ini,” kata Dwi Soetjipto di Lapangan Banyu Urip, Jumat (09/08/2024) kemarin.
Pria yang juga melestarikan seni bela diri pencak silat ini berharap, pada Q4 2024 (kuartal ke empat dalam periode tiga bulanan kuartal fiskal) nantinya sumur kedua yakni Sumur B12 menyusul onstream.
Sesuai target WP&B (Work Program and Budget), dua sumur itu diharapkan dapat memberikan kontribusi produksi rata-rata tahunan untuk 2024 sebesar 9.285 BOPD. Meskipun sebenarnya per sumur diperkirakan bisa memproduksi 10.000 sampai 15.000 bph berdasarkan informasi yang ia terima dari President ExxonMobil Indonesia, Carole J. Gall.
“Meskipun (agenda produksi pada) sumur pertama sempat bergeser, SKK Migas berharap BUIC tetap dapat memberikan kontribusi yang sama sesuai yang sudah di targetkan dalam WP&B 2024,” ujar Dwi.
Sedangkan tiga sumur lainnya dari proyek ini, yaitu Sumur C13, C14, dan C19 ditargetkan untuk onstream pada Q1 2026. Tetapi pihaknya meyakini EMCL selalu menjadi lebih cepat dari jadwal. Sehingga dimungkinkan pada 2025 tiga sumur itu akan onstream pada 2025.
Begitu juga untuk 2 sumur clastic yakni C15 dan C21, diharapkan nantinya informasi dari sumur ini dapat memberikan data yang lebih akurat tentang potensi kandungan minyak lapisan clastic Lapangan Banyu Urip dengan perkiraan cadangan 3P (proven, probable, possible) sebesar 670 juta barel minyak/MMBO.
“Proyek BUIC ini diharapkan akan mencapai produksi puncak pada tahun 2027 dengan level produksi 19.000 bopd, mohon dukungan dari semua pemangku kepentingan,” bebernya.
Sementara total investasi dari proyek ini mencapai US$203,5 juta atau Rp3,25 triliun. Menurut Dwi, kita semua patut bersyukur, karena dari investasi ini perkiraan tambahan penerimaan negara yang dihasilkan mencapai sekitar +/- US$2,1 miliar atau Rp33,6 triliun.
Semua pihak juga patut berbangga dan bersyukur bahwa proyek Banyu Urip Infill Clastic memberdayakan kapasitas nasional, salah satunya adalah penggunaan rig untuk pengeboran.
Sebab rig yang digunakan, kata Dwi adalah hasil karya anak bangsa, dibangun di Indonesia, dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), anak usaha PT Pertamina.
“(ini) Menunjukkan kompetensi anak bangsa untuk memenuhi standar internasional Exxon Mobil,” ungkapnya.
Ia juga memaparkan, jika minyak pertama dari Banyu Urip Infill Clastic merupakan milestone dari proses panjang dan serius yang melibatkan kolaborasi semua pihak yang terkait.
Dijelaskan, produksi minyak dari Blok Cepu merupakan penyumbang produksi migas nasional terbesar kedua untuk saat ini. Sedikit saja gangguan di blok ini akan sangat mempengaruhi profil produksi nasional.
“Kami menyampaikan apresiasi juga karena saat ini kinerja produksi minyak dari Blok Cepu berada di atas target, baik target WP&B maupun APBN. Kami berharap kinerja baik ini dapat diteruskan,” tandas Dwi.(fin)