Warga Bareng Rasakan Manfaat Ekonomi Program Peternakan Kambing dari EMCL

Anggota Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng praktik membuat pakan ternak Silase saat pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk organik dalam rangkaian program peternakan berbasis masyarakat.
Anggota Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng praktik membuat pakan ternak Silase saat pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk organik dalam rangkaian program peternakan berbasis masyarakat.

SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Operator lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu melaksanakan program peternakan kambing berbasis masyarakat di Desa Bareng, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sejak 2023. Warga mulai merasakan manfaat program hasil perguliran dari pengembangbiakan kambing.

Dari 60 ekor kambing indukan Jawa Randu yang dikelola secara kelompok, sekarang ini sudah berkembangbiak menjadi 120 ekor. Peranakan kambing tersebut telah digulirkan kepada anggota kelompok untuk dirawat.

Selain itu, warga Bareng yang tergabung dalam kelompok ternak Randu Alas juga mulai bisa membuat pakan ternak alternatif bernutrisi tinggi dan mengolah kotoran kambing menjadi pupuk organik.

“Pembuatan pakan Silase ini cukup mudah karena bahan-bahannya mudah didapat dari lingkungan sekitar,” kata Aringga Bayu Puspita dari Laskar Ternak, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro saat memberikan materi pelatihan pembutan pakan ternak dan pupuk organik kepada anggota kelompok ternak Randu Alas Desa Bareng, Rabu (18/9/2024).

Ari, panggilan akrabnya, kemudian menjelaskan empat jurus cara membuat pakan ternak silase dari hijauan. Yakni harus menggunakan rumus SKPM. Artinya, S, bahan pakan harus mengandung serat seperti tebon (daun jagung), daun kacang hijau, daun kacang tanah, selamper, atau daun pisang.

“Kemudian, K artinya bahan pakan harus mengandung karbohidrat. Ini bisa ditemukan di dedak atau polar,” ujarnya.

Selanjutnya, P artinya bahan pakan ternak harus mengandung protein yang bisa didapat dari ampas tahu, daun mahoni, lamtoro atau daun turi. Sedangkan M artinya bahan pakan harus mengandung mineral yang bisa menggunakan tetes tebu dan EM4.

Bahan pakan tersebut kemudian dipanaskan selama satu sampai dua hari sampai layu untuk mengurangi kadar airnya agar produksi pakan yang dibuat tidak mudah membusuk.

“Setelah itu dicacah menggunakan mesin choper. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tong dikasih dedak dan EM4 secara bertingkat dan dibiarkan 7 sampai 21 hari. Tapi biasanya 7 hari sudah diberikan ke kambing,” jelasnya.

Menurut Ari, pembuatan pakan silase ini bisa menghemat biaya dibanding membeli pakan ternak. Juga menghemat waktu, karena pakan ini bisa digunakan sampai enam bulan.

“Ketersediaan pakan ini sangat penting dalam beternak kambing, karena 70 persen keberhasilan beternak dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan 30 persen cara perawatan,” tegasnnya.

Peternakan kambing bareng.
Tarmuji memberikan pakan silase hasil produksi kelompok untuk ternak kambing program peternakan kambing berbasis masyarakat yang digulirkan EMCL di Desa Bareng.

Untuk pembuatan pupuk organik, kata Ari cukup mudah. Yakni mencampur kotoran kambing dengan sekam (rambut) yang diasap. Perbandingannya 80 persen kotoran kambing, 20 persen arang sekam.

“Pupuk organik dari kotoran kambing ini sangat bagus untuk tanaman karena mengandung unsur hara tinggi yang bisa mengembalikan kesuburan tanah,” terangnya.

Koordinator Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng, Tarmuji mengatakan, bahwa program peternakan kambing berbasis masyarakat yang digulirkan EMCL telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Mulai dari perguliran hasil pengembangbiakan, pembuatan pakan ternak yang lebih efisien, dan pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik untuk menghemat biaya tanam.

“Dalam jangka waktu 1,6 tahun dari 60 ekor sekarang ini sudah berkembangbiak menjadi 120 ekor dan sudah kita gulirkan ke sebagian anggota. Perguliran peranakan kita lakukan saat anakan kambing sudah berumur 4 bulan atau sudah disapih indukan,” tutur purnawirawan TNI ini.

Tarmuji menyampaikan, ada 10 kelompok dalam program peternakan kambing berbasis masyarakat. Setiap kelompok terdiri dari 25 anggota.

“Harapan kami tahun ini dari perguliran pengembangbiakan bisa menjangkau semua anggota,” ucapnya.

Camat Ngasem, Ivan Sopian mengapresiasi program peternakan kambing berbasis masyarakat yang dilaksanakan EMCL di Desa Bareng. Menurutnya, program ini dapat membantu mempercepat peningkatan ekonomi masyarakat.

“Untuk itu saya berpesan agar kambing-kambing itu dijaga dan dirawat dengan baik supaya beranak pinak sehingga nantinya bisa membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga,” harap Iwan kepada anggota kelompok ternak Randu Alas saat menghadiri pelatihan pembuatan pakan ternak dan pembuatan pupuk organik.

Peternakan kambing Bareng.
Muspika Ngasem bersama perwakilan EMCL, Kades Bareng, LIMA 2B dan kelompok ternak foto bersama usai monev program peternakan kambing berbasis masyarakat.

Perwakilan EMCL, Marshya Ariej yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan, “Kami mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah operasi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris.”

Pihaknya juga berharap sinergi dan kolaborasi dengan stakeholder dan masyarakat terus terjalin dengan baik.

EMCL melaksanakan program peternakan kambing berbasis masyarakat di Desa Bareng bekerja sama dengan mitranya, Lembaga Informasi dan Komunikasi Masyarakat Banyuurip Bangkit (LIMA 2B). Lembaga ini memberikan pendampingan mulai dari manajemen pengelolaan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) peternak, hingga peluang usaha yang bisa ditangkap peternak dari budidaya kambing yang sedang dilakukan.

“Untuk tahun 2024 ini ada tambahan 40 ekor kambing indukan dari EMCL bagi kelompok untuk mempercepat perguliran. Juga 10 ekor kambing jenis sapera atau perah untuk dikelola BUMDes Bareng,” sambung Direktur LIMA 2B, Mugito Citrapati.

Pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk organik ini juga dihadiri Kapolsek Ngasem Iptu Mujianto dan Danramil Kapten Kav. Rochim Sriwahyu Utomo, serta Kepala Desa Bareng H. Rudi Hartono. Usai pelatihan, EMCL bersama Muspika dan Pemerintah Desa melalukan monitoring dan evaluasi (monev) program dengan mengunjungi kandang kambing yang dikelola salah satu kelompok.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait