Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro — Keluarga besar Majelis Daerah (MD) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menggelar silaturahmi dan temu kader. Calon bupati (Cabup) Setyo Wahono hadir sebagai kader dalam silaturahmi di Graha KAHMI Jalan Ade Irma Suryani Nasution Bojonegoro, Minggu (22/09/2024).
Silaturahmi KAHMI mengusung tema “Nyengkuyung Kader, Mbangun Bojonegoro sing Luwih Apik”. Sehingga diharapkan dapat memperbaiki Bojonegoro menjadi lebih baik.
Sapaan khas ala HMI yakni kanda, dinda, dan yunda segera mengiringi langkah Setyo Wahono. Cabup yang berpasangan dengan calon wakil bupati (cawabup) Nurul Azizah ini menjadi anggota HMI ketika mengenyam pendidikan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Cabup Setyo Wahono disambut oleh Koordinator Presidium KAHMI Bojonegoro, Mochlasin Afan, Wakil Ketua Dewan Penasehat KAHMI Bojonegoro, Ikhwanudin dan jajaran, Ketua Dewan Pakar KAHMI Bojonegoro, Rodhi Abdurrahman, bersama sekira 300 peserta.
Mochlasin Afan mengatakan, Setyo Wahono merupakan kader KAHMI. Pria yang duduk di lembaga legislatif ini menilai, perihal urusan dukung mendukung Setyo Wahono sudah selesai.
“Karena Kanda Wahono adalah kader dari KAHMI, maka KAHMI dan HMI yang ada di Bojonegoro wajib mendukung ikut nyengkuyung supaya kader sukses menjadi Bupati Bojonegoro,” katanya.
Mantan jurnalis ini pun membedah berbagai persoalan yang ada sehingga membuat Bojonegoro menjadi sedang tidak baik-baik saja. Ini dia awali dari ironi Bojonegoro sebagai kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiksal terbesar nomor dua di Jatim. Bahkan, merupakan kabupaten terkaya nomor dua se Indonesia setelah Kabupaten Bogor.
“Kemampuan APBD kita tembus di atas Rp8 triliun, tetapi Silpa kita juga tinggi, rata rata sekira Rp3 triliun. Silpa ini setara dengan APBD kabupaten tetangga,” ujar Afan, sapaan karibnya.
Tetapi sebaliknya, dari data BPS tahun 2023 yang dirujuk masih menempatkan Bojonegoro sebagai salah satu dari 11 kabupaten termiskin se provinsi Jatim dengan persentase 12,18 persen. (Data BPS per Maret 2024 turun menjadi 11,69 persen, red.)
“Kanda, Yunda, rezim lama lima tahun menjabat, hanya mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar 0,98 persen, tidak ada satu persen, padahal kapasitas fiskal yang luar bida besar belum mampu menurunkan angka kemiskinan secara signifikan,” beber Afan.
Selain kemiskinan, Afan juga punya catatan tidak bagus pada tingkat pengangguran terbuka yang berada di angka 4,60 an sekian persen. Ironisnya, ternyata angka itu lebih tinggi dibanding tahun 2012, 2014, dan 2017 yang berada di bawah persen. Fakta ini yang membuatnya heran, bagaimana itu bisa terjadi.
Sebagai anggota DPRD yang duduk di Komisi C, Afan mengaku pernah mencecar dinas tenaga kerja karena dana yang dikelola hanya Rp9 miliar. Dalam ingatannya ketika itu, Rp6 miliar untuk gaji pegawai atau pengeluaran rutin, Rp 1 miliar untuk alat tulis kantor (ATK), dan hanya Rp2 miliar untuk menangani pengangguran.
“Rp2 miliar itu tidak lebih besar dari dana yang dikelola oleh NGO, padahal kita daerah yang kaya,” ungkapnya.
Tak hanya itu, politikus Partai Demokrat ini juga menyoal kebijakan hibah ke daerah lain yang seharusnya bukan prioritas. Yaitu ketika rezim Ana saat itu memberikan dana hibah ke Sumedang dan Blora.
“Itu seharusnya bukan prioritas. Prioritas seharusnya untuk warga Bojonegoro yang masih miskin,” tegasnya.
Afan lalu menyoroti pula mengenai tata kelola penganggaran yang tidak baik. Dicontohkan adanya permasalahan mobil siaga yang hampir semua ada cashback.
“Maka pada kesempatan ini, kita sampaikan Brief Papper kepada Kanda Wahono, untuk bisa membawa Bojonegoro menjadi Luwih Apik,” tuturnya.
Menanggapi adindanya di KAHMI itu, Cabup Setyo Wahono merasa bahwa ia bukanlah orang pandai. Oleh sebab itu ia akan akan lebih banyak mendengar dan melihat berbagai persoalan di Bojonegoro.
Caabup asli Bojonegoro dari asal Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo ini juga menyampaikan visi misi di hadapan para kader. Ia berjanji memprioritaskan pembangunan untuk pendidikan, kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan dalam dua tahun awal kepemimpinannya.
“Termasuk infrastruktur pertanian yang selama ini tidak tersentuh pembangunan. Kami berjanji akan membangunnya jika mendapat amanah dari rakyat Bojonegoro,” tegasnya.
Untuk mengurangi pengangguran, Caabup Setyo Wahono melanjutkan akan mempermudah izin industri padat karya. Ketika membahas terkait hal ini, ia mencermati tentang kualitas pelayanan birokrasi, yang berdampak pada batalnya investor yang hendak mendirikan pabrik di Bojonegoro. Padahal Bojonegoro ini seksi sebab UMK-nya masih di sekitar Rp2,3 juta.
“Industri padat karya dalam lima tahun terakhir tidak ada yang masuk Bojonegoro, karena ribetnya perijinan. Nanti saya akan permudah izin industri padat karya, sehingga bisa menyerap banyak tenaga kerja,” terangnya.
Usai paparan Wahono, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab berkenaan bermacam persoalan di Bojonegoro. Semua pertanyaan dijawah dengan solusi konkrit yang ada dalam visi misi Wahono – Nurul, dan diakhiri dengan ramah tamah.(fin)