Cawabup Nurul Azizah Sapa Warga Bojonegoro di Radio Istana FM

Cawabup nomor urut 2, Nurul Azizah.
Cawabup nomor urut 2, Nurul Azizah dalam obrolan bersama penyiar Radio Istana FM, Imam Sudibyo.

SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari

Bojonegoro — Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bojonegoro dari Pasangan Calon (Paslon) Nomor Urut 2, Nurul Azizah menyapa kerabat Istana, sebutan para pendengar setia Radio Istana FM. Acara ini dikemas dalam obrolan bersama penyiar Radio Istana Imam Sudibyo pada jam siar pukul 06.00 WIB pagi dan bisa dimonitor oleh para pendengar pada gelombang 95 Mhz, Jumat (22/11/2024).

Dalam tatap muka di dalam ruang studio, Mbak Nurul, demikian Nurul Azizah karib disapa, tak hanya menyapa warga masyarakat, tetapi juga menyampaikan berbagai program yang diturunkan dari visi misi paslon nomor urut 2 untuk kemakmuran dan kebanggaan Bojonegoro.

“Apa latar belakang Mbak Nurul Azizah maju dalam Pilkada Bojonegoro 2024?,” tanya Imam Sudibyo membuka obrolan agar disimak para kerabat Istana.

Nurul Azizah menyahut perbincangan ini dengan menceritakan awal tergeraknya niat mencalonkan diri dalam suksesi politik. Perempuan kalem, santun, dan ramah ini mengaku, pada mulanya sekitar dua tahun lalu ia diberi petunjuk oleh Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, KH. Ubaidillah Faqih atau biasa disapa Gus Bed agar ia ikut pilkada.

“Gus Bed dhawuh (berkata) ke saya, Zah Azizah, mbesuk melua (besok ikutlah) Pilkada,” ujar Nurul Azizah menirukan ucapan Gus Bed.

“Kebetulan kakek saya H. Mabruri dulu ngajar di Langitan,” lanjut mantan Sekda Bojonegoro ini menjelaskan alasan kedekatannya dengan para Kiai Langitan.

Satu tahun berlalu setelah itu, menurut Nurul, Gus Bed memanggilnya bersama tujuh bersaudara, dan mengulangi lagi, pada pokoknya Nurul Azizah harus maju pilkada. Ini yang menguatkan pertama kalinya dan ditindaklanjuti dengan istikhoroh.

Lalu penguatan ke dua, ialah adanya dorongan dari 13 Kiai Kendal. Yakni para Kiai sepuh yang ada di Ponpes Abu Dzarrin dan Al Rosyid. Jika ia bersedia, maka sudah ada 13 Kiai dari 13 ponpes yang siap bersatu mendukung pergantian kepemimpinan di Bojonegoro. Setelah diskusi dengan keluarga besar dan suaminya, melalui berbagai pertimbangan barulah ia maju pilkada.

Setelah itu penyiar radio yang dikenal “sulit diatur” ini memburu jawaban Nurul Azizah terhadap berbagai persoalan yang dihadapi kabupaten penopang 25 persen produksi migas nasional itu. Mulai dari sikapnya nanti menyikapi adanya kritik terhadap kepemimpinannya.

“Apapun, namanya senyampang itu saran, masukan, dan kritik itu baik, tapi tentu harus riil atau fakta, jangan berupa fitnah dan mengada-ada,” ujar Nurul Azizah.

Imam Sudibyo lalu berpindah topik pada inovasi yang ditawarkan oleh Nurul Azizah berkenaan dengan cara dia dalam berhubungan langsung dengan masyarakat guna mengetahui berbagai permasalahan berkaitan hajat hidup orang banyak demi menyejahterakan rakyat Bojonegoro.

“Untuk itu kami telah berdiskusi dengan Mas Bupati Wahono, perlu adanya ruang publik yaitu inovasi Sapa Bupati. Ini supaya tidak ada informasi yang terhenti, untuk berdialog,” beber perempuan yang pernah nyantri di Ponpes Al Charis itu.

Inovasi yang digagas oleh Paslon 2 Wahono-Nurul itu diapresiasi oleh Imam Sudibyo. Terlebih Radio Istana punya pengalaman di era Bupati Suyoto pernah digunakan sebagai sarana komunikasi dengan warga Bojonegoro. Namun setelah ganti bupati, program radio ini terputus.

Nurul Azizah lalu menyambung kembali dengan uraian tentang 9 aksi program unggulan yang dibawa, yakni pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, wisata dan olahraga, pelayanan publik dan reformasi birokrasi, konektivitas wilayah, pengembangan potensi ekonomi, pembangunan tata kota, pembangunan lingkungan dan pengembangan seni budaya.

“Obrolan ini adalah sarana berkomunikasi sebelum Allah mentakdirkan kepada kami Wahono-Nurul memimpin Bojonegoro, untuk penyampaian beberapa hal, dan manakala dalam tahapan pilkada kami ada kekurangan kami mohon maaf karena belum bisa memberikan kepuasan sepenuhnya kepada anda semua,” ungkap putri ke dua dari tujuh bersaudara ini.

Pilkada ini, bagi Nurul, adalah kompetisi untuk melahirkan kebijakan membangun Bojonegoro, maka Setyo Wahono dan Nurul Azizah disebutnya juga berikhtiar membangun Bojonegoro, sehingga memiliki visi terbangunnya Bojonegoro yang makmur dan membanggakan.

“Dan membangun Bojonegoro ini tidak bisa satu orang, oleh karena itu mari gunakan hak pilih pada 27 November 2024, jangan lupa coblos Nomor 2, Wahono-Nurul, harinya Rabu Pon, Rabu neptunya 7, Pon neptunya juga 7, tujuh dalam Bahasa Jawanya adalah pitu, mari kita berharap ada pitulungan atau pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa,” tandasnya.(fin)

 

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait