SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Tingkat pengganguran di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur selama 2024 tembus hingga di angka 34.785 orang. Dari jumlah pengangguran di daerah penghasil minyak dan gas bumi (Migas) sebutan lain Bojonegoro tersebut didominasi dari lulusan sekolah menengah atas (SMA) atau Gen Z, yakni sebanyak 21.044 orang.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro angka pengangguran apabila dirinci pada jenjang pendidikan lulusan SMA mendominasi atau peringkat pertama. Kemudian pada peringkat kedua dari sekolah menengah pertama (SMP) dengan total 5.973 penganggur.
Kepala Seksi Penempatan Perluasan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disperinaker Bojonegoro, Ida Agustin mengatakan, Gen Z termasuk usia produktif karena baru lulus dari SMA, namun generasi muda tersebut juga banyak yang tidak bekerja.
“Mereka (Gen Z) lahir pada tahun 1997-2012 atau berusia 12-27 tahun pada tahun 2024 masih banyak belum mendapat kerja,” katanya kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (8/1/2025).
Dia mengatakan, secara komulatif angka pengangguran di Bojonegoro sebanyak 34.785 penganggur. Jika dirinci dalam jenjang pendidikan, Gen Z atau lulusan SMA penyumbang terbanyak jumlah pencari kerja atau penganggur.
Rinciannya, lulusan sekolah dasar (SD) 1.584 penganggur, sekolah menengah pertama (SMP) 5.973 penganggur, sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 21.044 penganggur, D-1 sejumlah 1.297 penganggur, D-2 sebanyak 1.286 penganggur, D-3 sebanyak 1.757 penganggur, S-1/S-2 sebanyak 1.844 penganggur.
“Untuk jumlah lulusan SMP-SMA sudah termasuk dari MTs, SMK,dan MA,” ujarnya.
Dia menambahkan, untuk mengurangi angka pengangguran, Disperinaker Bojonegoro terus menginformasikan lowongan kerja melalui media sosial dan di papan informasi kantor. Selain itu juga menggelar pelatihan untuk menambah keahlian bagi masyarakat Bojonegoro, termasuk mengadakan bursa kerja.
“Kami bekali generasi Z sesuai dengan fashionnya agar mereka bisa berwirausaha,” katanya.
Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro, Ahmad Supriyanto mengatakan, bursa kerja menjadi salah satu instrumen untuk mengurangi angka pengangguran. Namun, intervensi kebijakan pemerintah daerah untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu menjadi faktor penting.
“Salah satunya membuka pelatihan pelatihan kewirausahaan di desa-desa. Di samping itu mendorong masuknya para investor ke Bojonegoro,” katanya.
Politisi muda Partai Golkar ini menambahkan, meski bursa kerja yang digelar Disperinaker Bojonegoro rutin setiap tahun nyatanya belum bisa mengurangi angka pengangguran secara signifikan. Karena itu, harus ada terobosan baru agar pengangguran Bojonegoro bisa ditekan.
“Bursa kerja selama ini kurang maksimal karena angka pengangguran masih tinggi,” katanya.(jk)