SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Eks napi teroris (napiter) Bojonegoro bersama Detasemen Khusus (Densus) Anti Teroris Satgaswil Jawa Timur menggelar dialog kebangsaan di Aula Universitas Bojonegoro (Unigoro), Kamis (9/1/2025). Dialog ini bertujuan untuk menciptakan toleransi beragama dan keamanan Indonesia.
Dialog kebangsaan bertajuk “membangun kesadaran moderasi beragama melalui pencegahan intoleransi, radikalisme, dan terorisme dengan memberdayakan UMKM untuk memperkuat ekonomi mandiri bagi eks napiter” ini dihadiri pejabat di Bojonegoro. Diantaranya Densus 88 Anti Teror Satgaswil Jatim Wibowo, Pusdiklat Baznas RI juga pengamat gerakan HTI Dr. Rida Hesti Ratnasari, Kantor Kemenag Bojonegoro Zainal Arifin, eks Jamaah Islamiyah dan Kombatan Morro-Syiria Ustad Azhari Dipo Kusumo, dan dosen Unigoro sekaligus anggota jaringan Gusdurian M. Bakhru Thohir.
Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Arief Januwarso, mengucapkan banyak terimakasih karena Unigoro menjadi tempat kolaborasi antar pihak, terutama dalam dialog kebangsaan yang melibatkan eks napi teroris ini.
“Tentu dengan adanya kegiatan ini bisa meningkatkan toleransi beragama melalui diskusi keilmuan,” katanya.
Dia mengatakan, dialog kebangsaan bersama eks napi teroris bisa memberikan informasi kepada generasi muda, yakni pelajar hingga mahasiswa agar nantinya tidak terjerumus dalam aksi terorisme dan narkoba.
“Karena dulu musuh negara itu hanya dua, narkoba dan terorisme. Sehingga kegiatan ini bisa menjadi pencegah terjadinya aksi tersebut,” katanya.
Salah satu narasumber dialog kebangsaan Kasubbag TU Kemenag Bojonegoro, Zainal Arifin mengatakan, pondasi agar tidak terjerumus dalam aksi terorisme adalah kemanusiaan.
“Tanpa adanya rasa kemanusiaan pada diri, tentu menyakiti sesama akan mudah dilakukan,” katanya.
Sehingga, moderasi beragama harus diimplementasikan dalam kehidupan agar toleransi antar sesama bisa tercipta. Dia mengatakan, moderasi juga memiliki arti jalan tengah dalam beragama dan bisa mencegah tindakan berbahaya.
“Kemanusiaan, kasih sayang, keadilan, dan kemaslahatan juga sangat penting mencegah perbuatan ekstrem,” imbuhnya.(jk)