SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Sebagian warga Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang diduga terdampak pencemaran limbah di sekitar pengeboran minyak dan gas bumi (Migas) Sukowati, Blok Tuban, berharap hasil uji lab sampel air keluar tepat waktu. Pamuji warga desa setempat salah satunya.
Sedangkan hasil uji laboratorium pihak kepolisian dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro hingga kini masih belum keluar.
“Sampai saat ini masih menunggu hasil uji laboratorium sampel air yang tercemar dari pihak kepolisian,” kata Pamuji kepada Suarabanyuirip.com, Minggu (23/02/2025).
Petani Desa Ngampel ini mengungkapkan, hasil uji laboratorium itu untuk memastikan asal mula limbah yang membuat tanaman di persawahan warga mati. Sebab sebagian warga telah merasakan dampak dari tercemarnya aliran sungai di sekitar lokasi pengeboran minyak Sukowati.
“Uji laboratorium masih dalam proses Polda dan DLH. Kami berharap hasil lab keluar tepat waktu sesuai ketentuan,” ujarnya.

Setelah hasil uji sampel air di laboratorium keluar, baru bisa diketahui penyebab dugaan pencemaran di persawahan milik warga Ngampel. Sebab telah membuat warga di sekitar lokasi pengeboran minyak rugi.
Kepala Bidang (Kabid) Tata Lingkungan DLH Bojonegoro, Erna Zulaikha menyampaikan, bahwa DLH hanya melakukan pendampingan dalam pengambilan sampel air yang dilakukan pada (17/2/2025) lalu. Sementara untuk hasil uji lab menunggu dari kepolisian.
“Uji sampel dilakukan Polres Bojonegoro,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro, Lasuri, meminta DLH Bojonegoro segera mengumumkan hasil sampel air yang diambil di selatan lokasi pengeboran Migas Sukowati untuk memberikan kepastian kepada petani Desa Ngampel, Kecamatan Kapas.
“Artinya apabila waktu sampel dalam 14 hari kerja sudah ditemukan hasil harus segera diumumkan. Apakah sampel air itu tercemar atau tidak, agar warga yang memiliki tanaman padi di sekitar lokasi tidak dirugikan,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, bahwa tidak ada limbah dari produksi Pad B lapangan Migas Sukowati yang keluar dari lokasi. Hasil pengecekan ditemukan ceceran solar itu dari bak penampung genset yang terpapar curah hujan cukup tinggi di area Desa Ngampel.
“Setelah kita lakukan pengecekan di area fasilitas produksi Pad B, dan dipastikan tidak ada limbah yang keluar dari lokasi, tim memperluas pengecekan ke area pengeboran. Hasilnya, didapatkan sumber ceceran yaitu dari tangki solar untuk kebutuhan genset kontraktor,” kata Manager Sukowati Field, Arif Rahman Hakim, kepada Suarabanyuurip.com, Minggu (16/2/2025) kemarin.
Ditambahkan, begitu menerima laporan warga, pihaknya langsung melakukan pengecekan di area fasilitas produksi Pad B. Setelah dipastikan aman, area pemeriksaan diperluas hingga area pengeboran sumur SKW 38.
Lewat penelusuran secara detail, sumber ceceran solar yang masuk ke saluran air diketemukan. Ceceran itu bersumber dari area genset milik salah satu mitra kerja Pertamina EP Sukowati yaitu PT ASRI.
Dijelaskan, ceceran solar itu berasal dari bak penampung genset PT ASRI yang melakukan pekerjaan water treatment di pengeboran sumur SKW 38. Posisi bak penampung terpapar curah hujan yang cukup tinggi di area Desa Ngampel. Akibatnya, ceceran solar masuk ke area saluran air yang berada di luar pagar.
“Kami langsung melakukan pembersihan, dan kami upayakan ceceran tersebut tidak lagi ada dalam saluran air. Terkait PT ASRI kami sudah memberikan teguran untuk segera memperbaiki pengelolaan fasilitas yang berada di area sumur pemboran,” jelas Arif.(jk)