SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Tim Search and Rescue (SAR) gabungan masih terus berupaya melakukan pencarian korban hilang di Sungai Jepang, turut Desa/Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pada hari ketiga ini, area pencarian diperluas hingga sejauh 50 Kilometer (Km) dari titik perkiraan awal korban terseret arus.
Tim pencari terbagi dalam beberapa tim, antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat), TNI/Polri, Unit Reaksi Cepat (URC) SH Terate, Basarnas dan berbagai kelompok sukarelawan lainnya.
Kesemuanya dikerahkan untuk mencari penyintas bernama Jamiran (49), warga Desa/Kecamatan Margomulyo yang dilaporkan hilang diduga terseret arus Sungai Jepang sejak Rabu (26/2/2025) kemarin lalu.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bojonegoro, Agus Purnomo mengatakan, bahwa pada hari ketiga pencarian, tim gabungan selain masih menyisir Sungai Jepang, juga melakukan penyisiran ke Bengawan Solo.
“Kami perluas pencarian sampai 50 Km dari titik korban diduga hilang,” katanya kepada Suarabanyuurip.com, Jumat (28/02/2025).
Dijelaskan, perluasan radius pencarian ini sampai pada beberapa kecamatan yang dilalui sungai Bengawan Solo. Yakni mulai dari Kecamatan Margomulyo, Ngraho, Padangan, hinga sampai ke Jembatan Kasiman.
“Kondisi Bengawan Solo yang masih dalam status siaga merah menjadikan tim SAR gabungan lebih berhati – hati dalam melakukan pencarian korban,” tandasnya.
Diwartakan sebelumnya, seorang warga Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur diduga hilang terserat arus Sungai Jepang.
Warga ditengarai hilang tersebut ialah Jamiran. Pria berusia diperkirakan berusia sekitar 49 tahun ini sebelumnya berpamitan menuju ke sawah. Perjalanan itu melewati aliran Sungai Jepang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (Kalaksa BPBD) Bojonegoro Heru Wicaksi mengatakan, bahwa Perangkat Desa Margomulyo menyampaikan informasi kejadian orang tenggelam di aliran Sungai Jepang.
Kronologinya, penyintas berangkat dari rumah ke sawah pada Rabu (26/2/25) sekitar pukul 07.00 WIB, dan akses menuju ke sawah harus melalui Sungai Jepang, namun sampai sekitar pukul 11.00 WIB (pada hari yang sama), penyitas tak kunjung pulang.
Setelah dilaporkan hilang, keluarga penyintas bersama masyarakat mencari keberadaan penyintas di sekitar sungai. Namun hanya ditemukan sebuah alat semprot yang biasa digunakan penyintas pergi ke sawah. Alat ini dalam keadaan sudah tersangkut di semak-semak (kayu secang) tepi sungai.(fin)