Hingga Maret 2025, Produksi Padi di Bojonegoro Mencapai 350.580 Ton

Petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur saat melakukan aktivitas memanen padi.
Petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur saat melakukan aktivitas memanen padi.

SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Produksi padi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dari Januari hingga Maret 2025 mencapai 350.580 ton. Produksi padi tersebut bakal terus digenjot untuk mencapai target 884.628 ton pada tahun ini.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Imam Nurhamid mengatakan, produksi padi Bojonegoro masih di peringkat ketiga di Jawa Timur. Saat ini Lamongan berada di peringkat pertama, dan disusul Kabupaten Ngawi sebagai peringkat kedua untuk hasil produksi padi.

“Luas areal persawahan Bojonegoro lebih luas dibandingkan Ngawi. Sehingga kami menargetkan tahun ini, mencapai target produksi padi bisa menggeser posisi Ngawi,” katanya kepada Suarabanyuurip.com, Jumat (25/4/2025).

Dia menjelaskan, sumber air yang menjadi permasalahan sejumlah wilayah Bojonegoro hanya panen sekali. Apalagi rerata petani hanya mengandalkan air hujan saat tanam padi.

Kondisi ini berbeda dengan Kabupaten Ngawi, meski luasan lahan sawah lebih kecil dari Bojonegoro, sumber air selalu ada atau tercukupi. Sehingga panen bisa sampai tiga kali dalam setahun.

“Bojonegoro sumber airnya kecil atau 60 persen adalah tadah hujan, terutama wilayah bagian selatan,” ujarnya.

Kecuali untuk areal persawahan di bantaran Sungai Bengawan Solo sumber air masih aman, panen bisa dua sampai tiga kali dalam setahun. Pemkab Bojonegoro juga berupaya untuk memberikan solusi agar 60 persen wilayah persawahan bisa panen dua kali.

“Misalnya di Kecamatan Baureno, nantinya direncakan dibangun cek dam untuk menampung air. Ini bertujuan agar saat kemarau bisa digunakan petani,” jelasnya.

Hal tersebut juga untuk mencapai target 884.628 ton produksi gabah pada tahun ini. Sehingga segala upaya harus dilakukan agar petani tidak kekurangan air saat menanam.

Kepala Bulog Cabang Bojonegoro, Ferdian Darma Atmaja mengungkapkan, Bulog tidak mampu menyerap semua gabah yang ada di petani. Hal tersebut karena kapasitas pengeringan dan penggilingan tidak mampu untuk menampung hasil panen seluruh Bojonegoro.

“Baik itu pengeringan gabah milik Bulog maupun swasta. Ditambah gudang simpan gabah maupun beras juga kapasitasnya tidak besar,” kata Ferdian.

Dia menambahkan, saat ini gabah yang diserap Bulog sebanyak 12.560 ton berasal dari Bojonegoro. Dan saat ini Bulog juga masih melakukan serapan hingga panen berakhir.

“Jika kapasitas penggilingan sama pengeringan ditambah hingga 5.000 ton per hari misalnya dan difasilitasi pemerintah pasti gabah di Bojonegoro bisa diserap,” tambahnya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait