SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro) kembali menggelar pembekalan kuliah kerja nyata (KKN) tematik kolaboratif di Hall Suyitno, Jumat (2/5/2025).
Pembekalan kali ini menghadirkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro, Achmad Gunawan untuk memaparkan potensi dan pengembangan geopark di daerah penghasil minyak dan gas bumi (Migas) ini, sebutan lain Kabupaten Bojonegoro.
“Tujuan pengembangan geopark untuk kepentingan konservasi, edukasi, dan menggerakkan ekonomi masyarakat,” kata Achmad Gunawan.
Dia menjelaskan, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi geopark. Apalagi, potensi geopark tersebar di seluruh kecamatan di Bojonegoro.
“Ada peluang pengembangan ekonomi kreatif berdasarkan dengan potensi geologi, biologi, dan budaya di kawasan geopark Bojonegoro. Saat ini sudah terdata ada 16 geosite, tiga biosite, dan delapan curtural site yang tersebar di berbagai kecamatan,” ujarnya.
Gunawan melanjutkan, dibutuhkan komitmen dan sinergitas antara pemerintah dengan melibatkan masyarakat untuk mengembangkan kawasan geopark tersebut. Bappeda Bojonegoro telah merumuskan strategi pembangunan berkelanjutan kawasan geopark.
Di antaranya partisipasi masyarakat, menyediakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat, mengelola SDA, serta peningkatkan pendapatan. Namun pengembangan geopark juga membutuhkan peran akademisi melakukan berbagai riset dan kajian keilmuan.
“Terutama menjadikan lokasi geosite sebagai pusat studi keilmuan. Sekaligus bersinergi dengan badan pengelola dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan masyarakat,” terangnya.
Ketua LPPM Unigoro, Laily Agustina mengungkapkan, setiap geosite, biosite, maupun cultural site di Kota Ledre, sebutan lain Bojonegoro, memiliki potensi untuk dikembangkan sekaligus tantangan problem yang harus diselesaikan.
“Kalau kita menyaksikan geopark Danau Toba, Ijen, Gunung Sewu, dan lainnya tampak asri. Wisatawan jadi tertarik berkunjung ke sana. Ini sangat kontradiksi dengan geopark Wonocolo. Kondisi lingkungannya saja tidak mendukung untuk berwisata. Hal semacam ini menjadi tantangan saat melaksanakan KKN nanti,” jelasnya.
Dosen ilmu lingkungan Unigoro itu berharap, mahasiswa dapat berkolaborasi dengan masyarakat desa, Pemkab Bojonegoro, komunitas dan LSM, serta perusahaan untuk menuntaskan misi pengembangan geopark tersebut.(jk)