(Tulisan Menyambut Hari Anak Nasional 2025)
Oleh: Dr. Hj. Cantika Wahono
Hari Anak Nasional memang kita peringati setiap tanggal 23 Juli, tetapi Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro sudah memulai dengan menggelar berbagai lomba seperti Lomba Bercerita, Lomba 3M, Lomba Tari Tujuh Kebiasaan Anak Hebat, Lomba Kreativitas Clay dan Lomba Halang Rintang. Lomba tersebut tidak hanya menampilkan bakat, tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini. Hari Kamis tanggal 15 Mei 2025 bertempat di GOR SMT Bojonegoro, saya sebagai Bunda PAUD Kabupaten Bojonegoro, membuka Acara peringatan Hari Anak Nasional 2025 dengan Tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”*. Hadir dalam kesempatan ini, Kepala Bidang Pendidikan PAUD dan PNF Bapak Rasmadi, M.Pd, para Pengawas TK, para Guru, anak-anak TK peserta lomba yang merupakan perwakilan dari TK yang ada di 28 Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dan para orang tua yang mendampingi.
Saya merasa begitu terharu dan bersyukur bisa berdiri di tengah-tengah anak-anak hebat—mereka yang dengan mata berbinar dan semangat yang tak pernah padam, siap menaklukkan dunia kecil mereka. Mari kita sejenak menundukkan kepala dan bertanya: Sudahkah kita benar-benar mencintai anak-anak kita? Sudahkah kita menjadikan mereka bukan hanya penerima warisan bangsa, tetapi juga pusat perhatian utama dari pembangunan negeri ini?
Anak bukan hanya bagian dari masa depan. Mereka adalah masa kini yang hidup, tumbuh, dan belajar hari ini. Apa yang mereka alami hari ini akan menjadi cetak biru peradaban kita di masa depan. Negara yang ingin kuat, makmur, dan maju tidak cukup hanya membangun jalan dan gedung pencakar langit. Ia harus membangun hati dan pikiran anak-anaknya.
Presiden Prabowo Subianto, dengan segala kesadarannya akan hal itu, mulai meletakkan fondasi perubahan besar. Di bawah pohon rindang dekat Istana Merdeka, pada tanggal 28 Maret 2025, dengan disaksikan ratusan anak, beliau menandatangani Peraturan Pemerintah Tunas—peraturan yang melindungi anak-anak dari sisi yang tak kasat mata: dunia digital. Tapi itu hanya satu dari delapan langkah besar yang kini tengah dijalankan.
Anak dan Pembangunan Nasional
Anak adalah aset strategis bangsa. Mereka adalah calon pemimpin, ilmuwan, guru, petani, dokter, dan penjaga moral di masa depan. Di tangan mereka, Indonesia 2045—seratus tahun kemerdekaan—akan menjadi kenyataan atau sekadar mimpi.
Membangun anak berarti membangun kapasitas manusia secara utuh: fisik, mental, spiritual, intelektual. Pendidikan yang baik bukan sekadar memindahkan pengetahuan, tetapi membentuk karakter, menumbuhkan cinta tanah air, dan memupuk daya juang.
Negara-negara yang hari ini unggul dalam inovasi dan teknologi, adalah negara yang 30 tahun lalu serius menanamkan investasi di sektor pendidikan dan perlindungan anak. Kita tidak boleh terlambat lagi.
Tantangan Pendidikan dan Perlindungan Anak
Namun, jalan menuju ke sana tidak selalu mulus. Anak-anak Indonesia hari ini menghadapi berbagai tantangan yang kompleks: Masih ada anak-anak yang bersekolah dengan perut lapar. Gizi buruk dan stunting masih menjadi bayang-bayang bagi generasi masa depan. Banyak sekolah yang belum layak. Atap bocor, toilet rusak, ruang belajar sempit dan minim alat peraga adalah kenyataan di banyak daerah. Masih ada kesenjangan pendidikan. Anak-anak di daerah tertinggal belum mendapat akses pendidikan yang sama baiknya dengan di kota besar. Bahaya dunia digital. Di balik layar ponsel, anak bisa terpapar kekerasan, pornografi, perjudian, dan perundungan, tanpa pengawasan yang memadai. Guru yang belum sejahtera. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tapi sering kali dibayar tidak layak, membuat pengabdian menjadi perjuangan ganda.
Strategi Besar: Negara Hadir untuk Anak
Di sinilah negara hadir. Presiden Prabowo telah menetapkan delapan kebijakan strategis yang menjadi jembatan antara visi dan realitas. Ini bukan sekadar program, ini adalah kasih sayang yang diterjemahkan dalam kebijakan:
1. Makan Bergizi Gratis, karena perut yang kenyang dan tubuh yang sehat adalah dasar dari semangat belajar.
2. Cek Kesehatan Gratis, agar anak-anak dan calon ibu tak lagi ditinggalkan dalam keterbatasan medis.
3. Sekolah Rakyat Berasrama, untuk anak dari keluarga miskin, agar pendidikan tak lagi berhenti di batas dompet.
4. SMA Unggulan Berasrama, sebagai wadah bagi anak-anak jenius agar bisa bersinar tanpa terbentur ruang dan biaya.
5. PP Tunas, mengatur usia minimal penggunaan media online, izin orang tua, serta tanggung jawab platform dalam melindungi anak.
6. Transfer Langsung Tunjangan dan Peningkatan Gaji Guru, karena guru adalah pelita yang tak boleh redup karena lapar.
7. Renovasi Sekolah Besar-besaran, agar tak ada lagi sekolah yang rusak, gelap, atau tidak layak.
8. Smart Board di Setiap Ruang Kelas, membuka jendela dunia melalui teknologi yang bisa menjangkau imajinasi anak-anak.
Kedelapan kebijakan ini adalah satu tarikan nafas: untuk memuliakan anak-anak Indonesia. Ia bukan hanya menjawab tantangan hari ini, tapi menyiapkan kemenangan Indonesia di tahun-tahun mendatang. Sekali lagi, Ini bukan hanya daftar program. Ini adalah puisi panjang yang ditulis negara untuk anak-anaknya.
Kita Semua Bertumbuh Bersamamu, Nak
Kau tumbuh, nak… dan kami tumbuh bersamamu.
Kami belajar menjadi orang tua yang lebih sabar.
Kami belajar menjadi guru yang lebih tulus.
Kami belajar menjadi pemimpin yang lebih berpihak.
Dan kami belajar menjadi bangsa yang lebih peduli.
Dalam setiap langkah kecilmu menuju sekolah, kami belajar menata jalan.
Dalam setiap pertanyaan polosmu, kami belajar menjawab dengan kejujuran.
Dalam setiap mimpimu yang sederhana—menjadi insinyur, seniman, pilot, atau pengusaha—kami belajar bahwa masa depan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan mulai hari ini.
Menyambut Hari Anak Nasional: Saatnya Kita Berubah
Hari Anak Nasional bukan sekadar peringatan tahunan. Ia adalah cermin. Apakah kita sudah memberi yang terbaik bagi anak-anak kita? Hari Anak Nasional adalah momen untuk berjanji: bahwa cinta kita pada anak-anak tak boleh berhenti di kata-kata. Cinta kita harus menjelma dalam kebijakan, dalam anggaran, dalam perhatian, dan dalam waktu yang kita luangkan untuk hadir sepenuhnya di hadapan mereka.
Mereka tak butuh pidato panjang. Mereka butuh kasih sayang nyata. Mereka butuh waktu kita untuk mendengarkan cerita mereka. Mereka butuh ruang aman untuk tumbuh dan belajar. Dan mereka butuh negara yang berdiri teguh di belakang mereka, sebagai pelindung dan pengasuh sejati.
Kau tumbuh, Nak… dan negeri ini sedang berusaha tumbuh bersamamu.
Tidak selalu sempurna. Tapi dengan cinta, langkah ini akan sampai.
Menuju tempat yang lebih baik.
Tempat di mana kamu bisa bermimpi setinggi langit, dan tahu bahwa negara akan membantumu menggapainya
Selamat Hari Anak Nasional 2025.
Mari kita tumbuh bersama—dengan cinta, dengan hormat, dan dengan harapan.
Penulis adalah Ketua Tim Penggerak PKK dan Bunda PAUD Kabupaten Bojonegoro