SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Pembangunan pabrik bioetanol-metanol di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan menelan investasi Rp 22,8 trilun. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Bojonegoro mendukungan penuh proyek strategis nasional (PSN) tersebut, karena dinilai sebagai peluang besar untuk penguatan ekonomi lokal dan keterlibatan aktif para pengusaha muda di daerah.
Sekretaris HIPMI Bojonegoro, Imam Hambali mengungkapkan, proyek bioetanol-metanol ini bukan hanya soal energi alternatif, tetapi juga menjadi pemicu pergerakan ekonomi daerah melalui kemitraan dan pemberdayaan pelaku usaha lokal.
“Kami menyambut baik kehadiran proyek bioetanol-metanol ini sebagai tonggak penting dalam transformasi ekonomi lokal yang berkelanjutan. Sudah saatnya pengusaha muda mengambil peran dalam ekosistem energi hijau,” ujar Imam kepada suarabanyuurip.com, Kamis (3/7/2025).
Menurutnya, proyek bioetanol-metanol dapat membuka banyak peluang, mulai dari penyediaan bahan baku pertanian, jasa konstruksi, transportasi, hingga penyediaan tenaga kerja lokal. Imam juga menekankan pentingnya keterbukaan dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan PT Butonas Petrochemical Indonesia (BPI) selaku pelaksana proyek dengan pelaku usaha lokal.
“Kami mendorong agar keterlibatan pengusaha lokal tidak hanya simbolik. Kami siap menjadi jembatan kolaborasi agar potensi daerah benar-benar menjadi kekuatan pembangunan nasional,” tambah pengusaha muda asli Desa Gayam, Kecamatan Gayam, wilayah yang berdekatan langsung dengan lokasi rencana pembangunan pabrik bioetanol-metanol.
HIPMI Bojonegoro, lanjut Imam, telah mempersiapkan sejumlah program untuk mendukung kesiapan anggotanya, termasuk pelatihan bisnis hijau, penguatan akses permodalan, serta pendampingan teknis untuk sektor-sektor yang relevan dengan industri bioetanol-metanol.
Imam optimis proyek bioetanol-metanol di Kabupaten Bojonegoro akan menjadi model kemitraan nasional-lokal yang berhasil. Bojonegoro memiliki potensi besar sektor pertanian dan sumber daya manusia (SDM) yang produktif.
Meskipun proyek bioetanol-metanol nantinya akan memanfaatkan lahan Perum Perhutani, Imam berharap berharap komitmen untuk menggandeng pengusaha lokal, serta merekrut tenaga kerja di Bojonegoro menjadi bagian dari prinsip tumbuhnya industri.
“Kami meyakini dengan industrialisasi maka pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih melesat jauh, serta keterlibatan pengusaha daerah akan mampu melahirkan stabilitas dan kondusifitas proyek bioetanol-metanol hingga beroperasi dengan baik di kemudian hari,” pungkasnya.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung sebelumnya menyatakan, pabrik bioetanol-metanol akan di bangun di kawasan industri Bojonegoro. Pemerintah telah mengalokasikan gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru (J-TB) kepada PT Butonas Petrochemical Indonesia.
“Untuk ketersediaan gas sudah kami alokasikan sekitar 110 MMBTu. Mudah-mudahan ini segera direalisasikan,” kata Yuliot kepada suarabanyuurip.com saat menghadiri peresmian peningkatan produksi minyak lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Kamis (26/6/2025).
Adm Perhutani KPH Bojonegoro, Slamet Juwanto mengatakan, pabrik bioetanol-metanol akan dibangun di lahan kawasan hutan RPH Sawitrejo, atau berada di samping fasilitas pemrosesan Gas JTB. Perhutani telah menyiapkan lahan seluas 5.130 ha. Rinciannya 130 hektar digunakan lokasi pabrik dan 5.000 ha untuk penanaman bahan baku sorgum.
“Tinggal menunggu turunya izin pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan. Sudah di meja Menteri, tinggal ditandatangani,” kata Juwanto dikonfirmasi terpisah.(suko)