SuaraBanyuurip.com -Â Ririn Wedia
Bojonegoro – Dinas Kesehatan (Dinkes), Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, bekerjasama dengan operator Lapangan Sukowati, Blok Tuban, Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ) untuk siaga di rumah sakit yang ditunjuk sebagai tenaga medis jika sewaktu-waktu ada warga ring 1 yang menjadi korban akibat bau gas dari aktivitas pengeboran atau walk over.
“Kami siap menempatkan beberapa tenaga medis seperti dokter di rumah sakit Ibnu Sina dan Aisyiah jika ada yang menjadi korban lagi,” ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) Dinkes, Suharto, kepada Suarabanyuurip.com, Jumat (5/2/2016).
Suharto menyampaikan, apa yang menimpa belasan warga di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, beberapa waktu lalu merupakan efek dari adanya gas beracun Hidrogen Sulfida (H2S) yang terbawa oleh udara di sekitar wilayah operasi migas.
“Apa yang dialami warga sudah jelas-jelas dari H2S seperti mual, pusing, bahkan pingsan,” tukasnya.
Disinggung upaya Pemkab terkait banyaknya korban yang berjatuhan, Suharto mengaku hanya berkoordinasi sebatas tindak lanjut sesuai kapasitasnya. Yakni, dengan menempatkan tenaga medis di dua rumah sakit tersebut.
“Tekhnisnya ada di BLH,” ungkapnya.
Dikutip dari Wikipedia, Hidrogen sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh bakteri. Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk pada proses-proses industri maupun proses biologi lain. (Rien)