SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro – Dugaan bocornya gas Hydrogen Sulfide (H2S) dari pembakaran gas (flaring) Banyuurip, Blok Cepu, hingga menyebabkan delapan warga Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, keracunan mendapat perhatian khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat.
Wakil rakyat itu meminta kepada operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) untuk melakukan deteksi dini adanya ancaman bau yang ditimbulkan dari kegiatan yang berlangsung di Lapangan Banyuurip saat ini.
“Harusnya, EMCL melakukan deteksi dini dan mengantisipasi hal itu terjadi,” ujar Wakil Ketua DPRD Bojonegoro, Sukur Prianto saat dikonfirmasi suarabanyuurip.com melalui telepon genggamnya, Rabu (26/10/2016).
Antisipasi dapat dilakukan dengan menyiapkan tenaga medis, membagikan masker, maupun mensosialisasikan kegiatan ini kepada masyarakat. Sehingga, ketika munculnya bau secara sengaja atau tidak disengaja semua pihak langsung tanggap darurat.
“Sangat disayangkan kalau masyarakat harus mengatasinya sendiri, EMCl harus ikut bertanggung jawab,” tegas Politisi Partai Demokrat itu.
Pihaknya juga meminta agar Badan Lingkungan Hidup (BLH) segera kroscek lapangan untuk memastikan apakah gas yang keluar tersebut berbahaya atau tidak. Sehingga kedepan dampak dari adanya gas ini bisa diminimalisir.
“Dinas Kesehatan juga harus turun tangan, bagaimana penanganan terhadap masyarakat yang mengalami keracunan. Kedepan harus sigap dengan kejadian seperti ini,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, delapan warga Mojodelik mengalami keracunan setelah mencium bau tidak sedap. Bau menyerupai telur busuk tersebut diduga berasal dari flare Banyuurip.
Mereka mengalami mual, pusing kepala, dan mutah-mutah sehingga harus dirujuk ke Pusat Kesehatan Umum (PKU) Kalitidu dan puskesmas.
Kedelapan warga itu adalah Warsiti, Nyamikarin, Siti Sulaimah, Samini, Sri Istiqomah, Sri Ustadzah Ningsih, Siti Muflikatul Nikmah, Ahmad Zigna. Semuanya adalah warga Dusun Dawung, RT 10 RW02. (rien)