SuaraBanyuurip.com -Cadangan minyak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang terletak di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meningkat hampir dua kali lipat dari penemuan awal.
Pertama kali, ExxonMobil menemukan cadangan minyak Lapangan Banyu Urip sebesar 450 juta barel. Kemudian, pada awal bulan Desember 2018, cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismik reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.
Sebelumnya, pada tahun 2011, ExxonMobile menemukan cadangan baru di lapangan Kedung Keris (KDK) di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu. Lapangan itu akan beroperasi penuh pada Kuartal III tahun 2019 dengan proyeksi penambahan produksi sebesar 10 ribu bph.
Besarnya cadangan minyak Blok Cepu menjadi tumpuan baru pemerintah untuk memenuhi target lifting. Tahun 2019 ini, target lifting minyak dalam APBN sebesar 775 ribu barel per hari (bph).
Untuk mengejar target tersebut, produksi minyak Blok Cepu terus dipacu. Produksi emas hitam di lapangan migas bekas milik Humpuss Patragas itu terus mengalami peningkatan signifikan.
Blok Cepu mulai berproduksi pada 2008 dengan kapasitas 20 ribu barel sehari di 2009. Produksi itu terus meningkat menjadi 220 bph pada 2019 ini.
Kini, Blok Cepu didulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190 ribu bph lantaran masuk dalam kategori mature.
“Secara alamiah, kalau minyak diambil terus menerus ya abis,” kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto dilansir melalui siaran resmi di website Kementerian ESDM.
Meski demikian, keduanya tetap merupakan tumpuan produksi dan lifting minyak nasional. Secara umum, lifting minyak pada tahun 2018 mencapai 778 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Sedangkan lifting gas sebesar 1.139 Million Barrel Oil Equivalent Per Day (MBOEPD).
Produksi Blok Cepu kini menjadi penopang dalam meningkatkan laju produksi dan lifting (siap jual) minyak bumi nasional. Produksi Blok Cepu sebesar 220 ribu bph, itu diperkirakan akan bertahan hingga 2020 nanti.
Kementerian ESDM mencatat, angka tersebut lebih tinggi daripada yang ada di proposal rencana pengembangan (plan of development/PoD) yang disetujui di awal, yakni sebesar 165 ribu bph. Peningkatan produksi Blok Cepu ini juga bukan yang pertama kali. Tahun 2017, produksinya meningkat menjadi 185 ribu bph dan tahun ini ditargetkan sebesar 216 ribu bph.
Peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu.
“Blok Cepu itu kan sekarang menyalip Chevron (Blok Rokan), dia awal Plan of Development (POD) 165 ribu barel per hari lalu kami upayakan ke 185 ribu barel per hari, lalu naik ke 220 ribu barel per hari, itu upayanya dengan memasang fasilitas cooler,” beber Djoko.
Fasilitas cooler, imbuh Djoko, paling tidak bisa mempertahankan produksi blok Cepu sesuai Rencana Program dan Anggaran (WP&B) sampai tahun 2020. Dengan begitu, apabila nanti di tahun 2021 terjadi penurunan bisa teratasi dari produksi lapangan Kedung Keris yang akan mulai beroperasi di akhir tahun ini.
“Kedung Keris sekarang dalam proses pemasangan pipa, sepanjang 6 km untuk masuk di fasilitas lapangan Banyu Urip,” terang Djoko.
Sebelumnya, juru bicara ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Rexy Mawardijaya, menyatakan produksi Blok Cepu sebesar 220 bph sudah berlangsung pertengahan Desember 2018 lalu. produksi tersebut dihasilkan dari 45 sumur, dengan rincian 30 sumur produksi dan 15 sumur injeksi.
“Produksi saat ini menyumbang 30 persen produksi minyak nasional,” tegas Rexy saat membuka diskusi bertajuk “Membangun Trafik dan Memonetasi Situs Berita” bersama jurnalis dengan Tempo Institute di Aston Hotel Bojonegoro, Jumat (21/12/2018) lalu.
Rexy menambahkan, produksi minyak Banyu Urip 220 bph ini akan meningkat pada akhir 2019 mendatang, setelah Lapangan Kedung Keris (KDK) berproduksi. (red)