SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Tak semua lahan pertanian produktif. Banyak pula yang kurang produktif. Membuat hasil yang didapat para petani kurang memuaskan. Sebagian lahan pertanian di wilayah Desa Malo, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, misalnya.
Hal tersebut menarik perhatian Muhammad Taidjudin, warga Desa Malo merintis peternakan kambing jenis gibas lokal sejak tahun 2019 silam.
Pria yang juga seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kementrian Agama Kabupaten Bojonegoro ini mengaku tergerak merintis ternak kambing, lantaran hatinya merasa iba melihat tetangga sekitar tempat tinggalnya kurang berhasil dalam bidang pertanian.
Menurut Taidjudin, kurang berhasilnya para petani di Desa Malo dilatar belakangi karena kurangnya sumber daya air. Upaya menemukan sumber air baru sebetulnya juga terus dilakukan, bahkan sempat melakukan pengeboran sampai tiga titik pada 2021 lalu tetapi tidak juga keluar air.
“Sehingga perternakan kami nilai sebagai solusi yang paling tepat untuk masyarakat di Desa Malo,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (28/02/2022).
Untuk membantu petani Desa Malo, Taidjudin mengaku, harus membuktikan diri terlebih dahulu. Awalnya ia membeli bibit kambing gibas lokal sebanyak 25 ekor. Dari jumlah itu, berhasil dikembangbiakkan menjadi 40 ekor dalam waktu tujuh bulan.
“Setelah itu baru saya mulai mengajak membentuk kelompok ternak, dengan anggota sekira 8 orang,” ujarnya.
Keberhasilan itu, menurut Taidjudin, berkembang hingga empat sampai lima orang anggota kelompok ternak yang dinamai “Rojo Koyo Makmur 1”. Dimana pada setiap peternak anggota mempunyai lima sampai tujuh ekor kambing gibas lokal.
Untuk contoh gambaran keekonomiannya, ambil saja satu ekor kambing betina bunting, seharga Rp1,3 juta. Dirawat 3 sampai 4 bulan beranak 2 ekor. Misal yang jantan harganya Rp1 juta, yang betina Rp500 ribu. Sudah untung Rp1,5 juta.
“Tetapi untuk ini jangan lupa melihat harga pasar,” terangnya.
Peternakan kambing milik Taidjudin dan kelompok ternak yang ia dampingi, menerapkan penyediaan pakan hijauan yang ditanam layaknya tanaman pertanian. Dengan seluas sekira setengah hektar lahan ditanami rumput odot, dan setengah hektar ditanami rumput setia.
“Kami juga memakai rambanan indigo vera 150 batang, tumpang sari tertanam di pematang lahan yang kami tanami rerumputan,” imbuhnya.
Dalam pemberian pakan, digunakan teknik combor konsentrat dengan dedak. Siang dan sore diberi hijauan rumput gajah. Combor terdiri campuran rumput gajah, tetes tebu, dedak, EM4 dan garam.
“Untuk itu dibutuhkan alat pencacah, drum dan oksilase,” ujarnya.
Pengembangan peternakan tersebut, dikatakan Taidjudin, terkendala pada permodalan untuk menambah jumlah kambing. Dibutuhkan sekira 50 ekor kambing untuk menambah kesejahteraan masyarakat petani di Desa Malo.
“Mudah-mudahan ada perhatian dari para Stake Holder terhadap permodalan untuk mengembangkan peternakan ini lebih luas di Malo. Kalau pakan dan pendukung lainnya kami sudah siap. Alat pencacah, sama drum untuk oksilase yang masih kurang,” ucapnya berharap.
Sementara itu, salah satu anggota kelompok ternak Rojo Koyo Makmur 1, Yasmo menuturkan, telah merasakan sendiri manfaat beternak kambing gibas lokal. Terutama dalam membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
“Alhamdulillah bisa untuk membayar sekolah dan kehidupan saya sehari-hari,” tutupnya.(fin)
Saya ingin mendapatkan bibit kambing Gibas super
Mohon bantuan untuk dapatkan alamat penjual