EMCL Beri Pelatihan Merajut Kaum Difabel untuk Kembangkan Ekonomi

Para difabel mendapat pelatihan merajut dari EMCL untuk mengembangkan ekomoni mereka.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Operator lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menggagas pelatihan merajut untuk memberdayakan dan mengembangkan ekonomi kaum difabel.

Pelatihan dipusatkan di Rumah Bersama Disabilitas (RBD) Jalan Miliwis Putih 81, Kelurahan Ngrowo, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dan diikuti oleh sekira 23 peserta.

Person In Charge (PIC) EMCL dalam program pelatihan ini, Marsya C. Ariej mengatakan, bahwa pihaknya menerjunkan dua trainer (pelatih) dari PRIMA (Perempuan Indonesia Merajut) untuk melatih para difabel.

“Pelatihnya Bu Nurul dan Bu Yohana dari PRIMA,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Sabtu (15/10/2022).

Dijelaskan, program yang digagas EMCL dan didukung oleh SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi) tersebut merupakan bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) yang berlandaskan pilar pengembangan ekonomi.

Sebagai PIC program, Marsya mengaku sebetulnya lebih suka menggunakan istilah difabel dibandingkan istilah disabilitas. Meskipun istilah itu bukan bahasa yang baku jika mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Dalam perspektif Marsya, hal ini karena mereka bukan ‘tidak mampu’ atau ‘terbatas’. Tetapi memiliki perbedaan kemampuan (different ability; difable).

Soal potensi yang dimiliki para difabel, perempuan lajang ini menilai mereka tak hanya mampu dalam bidang produksi makanan dan minuman. Melainkan juga kerajinan tangan.

“Potensi teman-teman difabel ini luar biasa. Terbukti di pelatihan pertama, mereka berhasil menyelesaikan tahapan pelatihan dengan rapi,” jelasnya.

Arief difabel netra berhasi menyelesaikan satu rantai rajut.
© 2022 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Perempuan asal Jawa Tengah ini malah sempat terkejut, karena tidak ada kendala saat pelatihan bahkan untuk penyandang difabel netra. Peserta yang menyandang kemampuan berbeda dalam penglihatannya ini disebut dapat menyelesaikan satu rantai rajut.

“Namanya Pak Arif, beliau salah satu Guru SLB penyandang difabel netra. Langsung bisa menyelesaikan satu rantai rajut,” terangnya.

Agar peserta mampu menyelesaikan latihan, kuncinya menurut Marsya, dari pelatih harus telaten dan terus memotivasi peserta sehingga mereka semangat dalam mengikuti pelatihan.

Disinggung perihal tindak lanjut setelah pelatihan, Marsya memastikan EMCL akan membantu pemasaran produk rajut yang nantinya sangat mungkin bisa dihasilkan oleh para difabel.

“Tentu saja (dibantu pemasarannya),” tegasnya.

Sementara itu, Pengelola RBD, M. Yasin menuturkan, para difabel bakal mengikuti pelatihan selama sepuluh kali pertemuan. Targetnya diharapkan bisa selesai hingga bulan Desember 2022.

Pria yang juga seorang pendidik ini melihat pelatihan merajut sangat diminati, dibuktikan dengan jumlah peserta yang bertambah. Dari sebelumnya 20 orang menjadi 23 orang peserta.

Demi menggunggah semangat para difabel, pria ramah ini mengaku selalu memberikan dorongan kepada mereka. Yasin selalu meyakini, para difabel mampu untuk maju dan mandiri. Setidaknya untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri.

“Saya selalu tekankan kepada mereka (difabel), jangan berpikir saya tidak bisa. Sebaliknya harus berpikiran bahwa saya bisa,” tandasnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *