Kenang Sastrawan Jawa Djajus Pete, PSJB Luncurkan Buku Antologi

BEDAH BUKU : Para pegiat sastra Jawa Nasional dari berbagai penjuru tanah air saat peringati 100 hari almarhum Djajus Pete.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Komunitas Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) meluncurkan sebuah buku antologi bertajuk “Lelakon Djajus Pete Ing Antarane Para Kanca” di kediaman pegiat sastra jawa J.F.X Hoerry, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Buku tersebut diterbitkan untuk mengenang kiprah almarhum Djajus Pete dalam dedikasinya di dunia sastra Jawa.

Kegiatan yang dirangkai dengan bedah buku tersebut dihadiri oleh para penulis sastra Jawa beken dari berbagai paguyuban pegiat seni sastra dari penjuru pulau Jawa. Diantaranya Dr. Tito Setio Budi dari Sragen, Dr. Rahmat Joko Prakoso dari PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya), pengarang dari Sanggar Triwida Trenggalek, ST Sri. M. Yani.

Kemudian penulis cerita pendek sekaligus akademisi Dr. M. Shoim Anwar dari Unipa (Universitas PGRI Adi Buana) Surabaya, peneliti sastra dari Balai Bahasa Yogyakarta, Dhanu Priyo Prabowo, Penyuluh dari Balai Bahasa Jawa Timur, Yulitin Sungkowati.

Pengarang sastra Jawa, dan salah satu pendiri PSJB, J.F.X Hoery.
© 2022 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Serta puluhan penulis dan sastra Jawa antara lain Gampang Prawoto, Agus Sigro Budiono, Nono Warnono, dan Yusuf Susilo Hartono, pendiri PSJB yang hadir secara virtual. Tak ketinggalan pula hadir Ucik Fuadiyah, sastrawan dan pangajar dari Unnes (Universitas Negeri Semarang).

Penulis sastra kaliber nasional dan salah satu pendiri PSJB, J.F.X Hoery, mengatakan, peluncuran buku antologi itu dihelat guna mengenang kiprah almarhum bertepatan peringatan 100 hari seniman sastra Jawa beraliran surealis tersebut. Sekaligus pertemuan pertama pasca pandemi sejak PSJB didirikan 40 tahun lalu.

“Buku ini isinya karya Pak Djajus, yaitu cerita cekak (pendek), geguritan, dan berbagai tanggapan dari 36 penulis mengenai Pak Djajus yang dipersembahkan oleh PSJB sebagai penghargaan atas pengabdian beliau dalam sastra Jawa semasa hidup,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (31/10/2022).

Penulis sastra Jawa, Dr. Tito Setio Budi (kiri) dan Sastrawan dari PPSJS, Dr. Joko Prakoso dalam bedah buku “Lelakon Djajus Pete Ing Antarane Para Kanca”.
© 2022 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Sementara itu, Dr. Tito Setio Budi, saat bedah buku Lelakon ini menyebutkan, bahwa tidak ada satu tema tunggal dalam buku tersebut. Sehingga terdapat karya Djajus Pete, yakni cerita cekak, geguritan, dan bermacam esai maupun karya sastra pandangan para sahabat terhadap almarhum dalam kenangan mereka.

“Lelakon yang menjadi judul buku ini sebetulnya diambil dari salah satu guritnya Pak Djajus yang memang judulnya ‘Lelakon’ itu,” ujarnya.

Tito mengaku, sempat membuat esai tentang kiprah Djajus Pete sejak mengawali karirnya sebagai penulis sampai akhirnya memunculkan karya-karya tulis almarhum. Tiga bulan sebelum sang sastrawan wafat. Setelah itu juga membuat resensi buku antologi tulisan sahabat mendiang.

“Sebetulnya secara simbolis ‘Lelakon’ ini kan juga bermakna filosofi perjalanan hidup Pak Djajus Pete,” tutupnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *