Suarabanyuurip.com – Sami’an Sasongko
Bojonegoro – Operator proyek Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB), PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, menyerahkan 70 unit alat komunikasi berupa handy talky (HT) dan pelatihan penggunaan fasilitas komunikasi kepada empat desa sekitar area operasi proyek JTB pada 17 November 2022.
Keempat desa ring satu proyek Gas JTB itu adalah Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Desa Kaliombo, dan Desa Pelem, Kecamatan Purwosari.
Kegiatan tersebut dilaksanakan bersama mitra pelaksana program pengembangan masyarakat (PPM) sebagai dukungan terciptanya kesiapsiagaan warga sekitar area operasi dalam menghadapi kondisi kegawatdaruratan kebencanaan. Penyerahan bantuan alat komunikasi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan program desa siaga emergency kebencanaan (Program Desaem).
Serah terima dimulai dari Desa Kaliombo oleh Field Officer Community Relations & CSR PEPC, Edi Arto, mewakili Manajemen kepada Kepala Desa Kaliombo, Rohmad Edy Suyanto, kepada para Taruna/Taruni Siaga Bencana (Tagana) di Desa Kaliombo yang sebelumnya telah mendapatkan berbagai pelatihan dalam menghadapi kondisi kedaruratan kebencanaan. Baik bencana alam maupun kondisi kedaruratan tertentu yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Edi Arto menyampaikan, bahwa pemberian dan pelatihan penggunaan alat komunikasi kepada Tagana tersebut merupakan upaya PEPC dalam mendukung terciptanya kemampuan masyarakat untuk menghadapi berbagai situasi kegawatdaruratan kebencanaan.
“Semoga HT ini dapat mempercepat komunikasi warga masyarakat dalam meresponse situasi tertentu. Sehingga penanganan pertama terhadap suatu kondisi kegawatdaruratan yang terjadi di lapangan berjalan dengan baik,” kata Edi Arto, dalam surat elektronik yang diterima SuaraBanyuurip.com, Sabtu (19/11/2022).
Selain penyerahan alat komunikasi, PEPC yang bermitra dengan Yayasan Paratazkia juga melibatkan Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (MAHARESIGANA) dari salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) di Bojonegoro untuk memberikan pelatihan komunikasi yang benar dalam kondisi darurat. Karena hal ini vital dan harus dilakukan secara benar agar penanganan dan pertolongan bisa diberikan kepada pihak yang membutuhkan berjala dengan efektif.
“Selain peralatan komunikasi memadahi, ketersediaan petunjuk jalur evakuasi dan tempat titik kumpul yang disepakati serta tersosialisasi pada warga dengan baik juga sangat penting dalam mewujudkan kemandirian masyarakat dalam menghadapi suatu kebencanaan,” ujar Sudalhar, koordinator program PARATAZKIA.
PEPC memiliki perhatian terhadap upaya peningkatan kapasitas bagi warga sekitar area Project Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran Tiung Biru. Beberapa program pengembangan masyarakat yang telah mendapatkan persetujuan SKK Migas sebagai regulator industri hulu migas secara nyata telah memberi dampak positif untuk masyarakat, dan pemahaman serta kesiapsiagaan dalam situasi darurat dan bencana.
Sebanyak 186 taruna siaga bencana dari berbagai unsur masyarakat desa serta 20 tenaga kesehatan terlibat sejak awal dalam rangkaian pelaksanaan program. Sebelumnya pada tahun lalu PEPC juga bekerjasama dengan Yayasan PARATAZKIA dengan memulai program ini di empat desa ring satu JTB tersebut. Program ini merupakan tahap pertama dari roadmap program yang direncanakan.(sam)