Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur selama 2022 sebesar 6,04 persen atau tumbuh dibandingkan tahun lalu. Namun pertumbuhan ekonomi Bojonegoro masih di bawah Kabupaten Tuban yakni 8,88 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro Kiki Ferdiana mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro pada 2022 terkontraksi minus 6,16 persen. Jumlah itu lebih rendah yakni minus 5,54 persen dibandingkan 2021 lalu.
“Namun jika dilihat dari PDRB non migas (migas dikeluarkan) pertumbuhan ekonomi Bojonegoro 2022 tumbuh positif sebesar 6,04 persen, naik dibandingkan pertumbuhan tahun 2021 sebesar 3,55 persen,” katanya, Jumat (3/3/2023).
Bahkan, katanya, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro di atas pertumbuhan Provinsi Jawa Timur sebesar 5,34 persen. Akan tetapi angka itu jika tanpa migas, karena migas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan menambah APBD Bojonegoro dari dana bagi hasil (DBH) migas.
Dari data yang ada, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro masih di bawah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban yang mencapai 8,88 persen. Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Tuban pada tahun 2022 cukup tinggi disebabkan karena pertumbuhan industri semennya.
“Juga, setiap daerah tentu mempunyai karakteristik yang berbeda. Dan untuk Lamongan pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi 5,56 persen,” katanya.
Dia mengatakan, Bojonegoro mempunyai potensi migas yang sangat besar. Sehingga, penurunan produksi migas akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro. Apalagi pada 2022 harga migas mengalami kenaikan dan menyebabkan meningkatnya DBH migas.
Dia mengatakan, meningkatnya harga minyak bisa dilihat dari produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) dimana ADHB kategori pertambangan dan penggalian sharenya pada 2021 sebesar 50,59 persen meningkat menjadi 54,29 persen pada 2022.
“Sehingga, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro pada 2022 terkontraksi minus 6,16 persen karena pertumbuhan dari kategori pertambangan dan penggalian turun minus 15 persen dimana share kategori ini sekitar 50 persen dari total PDRB Bojonegoro,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi C DPRD Bojonegoro Ahmad Supriyanto mengatakan, meski tanpa migas pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan yang positif. Namun dengan APBD besar uang harus tetap beredar di Bojonegoro, termasuk pemerintah perlu mengambil langkah untuk menumbuhkan sektor-sektor lain.
“Baik itu merupakan kategori terbesar kedua di Bojonegoro maupun kategori lainnya untuk menunjang perekonomian Bojonegoro yang lebih optimal,” katanya.(jk)