Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Operator lapangan minyak dan gas bumi (migas) Sukowati, Blok Tuban, Pertamina Eksplorasi dan Produksi (PEP) Sukowati Field, Subholding Upstream Regional 4 Zona 11, berhasil mensinergikan program ternak kambing dan pertanian. Program Pengembangan Masyarakat (PPM) ini dilaksanakan di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Field Relation PEP Sukowati Field, Eko Yudha Prawira mengatakan, PPM Ternak Kambing Berbasis Masyarakat atau disebut Tebing Berkat ini merupakan program pengembangan yang dilaksanakan mulai tahun 2022. Pengembangannya mengarah pada pengolahan limbah ternak kambing.
“Olahan limbah ternak kambing itu dijadikan sebagai pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh para petani sekitar di Desa Rahayu,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Selasa (07/03/2023).
SKK Migas saat monev realisasi PPM Tebing Berkat di Desa Rahayu.
© 2023 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari
Pria yang karib disapa Yudha ini menambahkan, bahwa PEP Sukowati Field juga memberikan dukungan berupa pelatihan pengolahan ternak kambing yang dapat meningkatkan kemampuan kelompok dalam memproduksi pupuk organik.
“Ada dua kelompok ternak kambing yang dalam binaan kami. Lebih tepatnya penggemukan sebetulnya. Masing-masing kelompok terdiri 6 Kepala Keluarga,” tambahnya.
Terpisah, salah satu peternak kambing di Desa Rahayu, Kamsiadi menuturkan, bahwa kambing yang dia pelihara dalam satu kandang berisi 20 ekor dari jenis texel. Programnya sebetulnya adalah penggemukan.
Bibit kambing texel itu, kata Kamsiadi, sudah disediakan oleh rekanan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Begitu pula biaya pakan. Setelah proses penggemukan, kambing dijual kembali ke pihak mitra. Harga untuk kenailkan per kilogramnya sekira Rp57.000.
“Jadi ada bagi hasil 35:65 untuk BUMDesa : Peternak. Setelah dipotong operasional,” tutur pria yang juga Pengawas BUMDesa Rahayu Jaya Sentosa ini.
Menurut bapak satu putra ini, dukungan dari Pertamina EP Sukowati hasilnya dinilai baik. Yakni dalam pelatihan pembuatan pakan dan pengembangan ke arah pemanfaatan kotoran kambing menjadi pupuk organik.
Pupuk organik itu juga sudah diaplikasikan ke pertanian tanaman padi. Hasilnya, terjadi pengurangan ongkos penggunaan pupuk kimia. Selain itu bahkan bisa mengembalikan unsur C hara tanah.
“Program pengembangan ini sangat membawa nilai manfaat bagi kami. Kedepan kami ingin membuat pakan sendiri. Karena Pertamina beritikad baik memberi, maka kita sebagai peternak harus bertanggung jawab,” tandasnya.
Kades Rahayu, Imam Lughuzali.
© 2023 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Rahayu, Imam Lughuzali menjelaskan, bahwa sebelum ada program Tebing Berkat, pada 2019 telah ada gagasan peternakan kambing untuk menyiasati dampak Covid-19. Sasaran awalnya ialah para ibu rumah tangga. Sebab penggemukan kambing dianggap tidak rumit pengerjaannya. Tujuannya agar para warga tetap berpenghasilan pada masa pandemi.
Program usulan ke PEP Sukowati saat itu, lanjut Kades yang ramah tapi tegas ini, adalah penggemukan kambing, dengan jangka waktu 60 hari sudah bisa dipanen. Program ini diakui sangat berhasil untuk membantu warga Desa Rahayu. Karena dapat membuat warganya tetap mendapat pemasukan meskipun aktifitas ke luar rumah saat itu sangat terbatas.
“Tiap ekor berat badannya naik 5 sampai 7 Kg. Terus setelah itu dikembangkan ke program lain. Kotorannya bisa dibuat pupuk organik. Sehingga menjawab permasalahan pengurangan pupuk bersubsidi khususnya di Desa Rahayu. Sisi lain, bisa mengurangi pencemaran lingkungan,” terangnya.(fin)