Pabrik Bioetanol di Bojonegoro Diprediksi Mampu Serap 300 Ribu Ton Jagung

Para petani di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat panen raya jagung.(tangkap layar laman BKPM)

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Rencana Pemerintah Indonesia mendirikan pabrik bioetanol di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) diprediksi bakal mampu menyerap sekira 300 ribu ton jagung dari petani setiap tahunnya. Jumlah itu diperlukan untuk memenuhi kapasitas produksi pabrik yang mencapai 100 Kiloton per tahun.

Kementerian Investasi/ BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dalam laman resminya menyatakan bahwa industri bioetanol telah menjadi investasi yang menjanjikan untuk satu tahun kedepan. Ini karena telah terjadi pertumbuhan permintaan bioetanol di Asia Tenggara.

Berkaitan hal itu, jagung yang memiliki produktivitas etanol per hektar yang tinggi dibandingkan tanaman lainnya, berpotensi untuk di eksplorasi sebagai bahan baku utama industri bioethanol.

Rencana industri bioethanol di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.(tangkapan layar laman BKPM)
© 2023 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Dengan rekam jejak sebagai jagung tertinggi di Indonesia, Provinsi Jatim dinilai menjadi lokasi yang tepat untuk industri bioetanol. BKPM menyebut Bojonegoro, salah satu kabupaten di Jatim, memiliki rata-rata produksi jagung saat ini mencapai 330 ribu ton per tahun.

Sebagai daerah dengan industri minyak dan gas bumi (migas) yang berkembang pesat, Bojonegoro memiliki akses yang mudah melalui transportasi darat dan udara dari kota-kota besar di Pulau Jawa.

Didukung oleh lingkungan yang kondusif, lahan untuk pabrik industri seluas 10 hektar dikatakan telah tersedia di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Lokasinya tercatat dekat dengan sentra pertanian jagung. Maka pabrik bioetanol berpotensi dibangun dengan kapasitas produksi 100 Kiloton per tahun.

“Pabrik tersebut akan menyerap lebih dari 300.000 ton jagung setiap tahun sebagai bahan baku dari petani,” demikian bunyi informasi di laman BKPM dikutip SuaraBanyuurip.com, Senin (10/04/2023).

Sementara itu, Administratur Perum Perhutani KPH Bojonegoro, Irawan Darwanto Djati mengatakan, KPH Bojonegoro memiliki kawasan hutan seluas 50.176 hektar yang semuanya masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Bojonegoro.

“Kami mendukung adanya persiapan pembangunan pabrik bioetanol di Bojonegoro sebagai wujud investasi berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya.

Untuk diketahui, sebagai bahan bakar nabati (BBN) pencampur bensin, bioetanol direncanakan untuk diaplikasikan pada beberapa skema pencampuran antara lain A20 (15% metanol, 5% etanol), A6 (4% metanol, 2% etanol), maupun E5 (5% etanol).

PT. Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang mengedarkan bensin eceran akan menjadi offtaker utama bagi bioetanol dengan biofuel grade yang dihasilkan dari industri ini. Hasil samping industri bioetanol berupa Distilled Dried Grain with Soluble (DDGS) juga dapat dijual sebagai pakan ternak dengan protein tinggi.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *