SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro – Sejumlah titik tanah di pinggir atau tepi Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dilaporkan longsor. Menindaklanjuti kabar tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat telah melakukan asesmen dan meneruskan ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan terkait.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny mengatakan, sementara telah didapat hasil asesmen untuk kejadian tanah longsor tepi Bengawan Solo. Yaitu di Kecamatan Dander dan Kecamatan Padangan.
Kejadian longsor pertama diketahui terjadi pada Selasa,12 Maret 2024 sekitar pukul 17.00 WIB. Ada tiga lokasi di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, yaitu di RT.5 RW. 01, RT.18 RW. 03, dan RT. 21 RW. 03.
Terjadinya tanah longsor tersebut ditengarai akibat dari naiknya debit air Sungai Bengawan Solo dan naiknya Sungai Ganggang yang mengakibatkan tebing sungai longsor.
Adapun dimensi longsoran ini sepanjang 30 meter dengan tinggi 10 meter. Tanah warga terdampak longsoran ini ialah Milik Triono dan Ngadenan di Desa Ngablak, Rukun Tetangga (RT).18, Rukun Warga (RW).05, Kecamatan Dander.
Selanjutnya tebing Sungai Bengawan Solo RT. 05, RW. 01 mengalami longsor dengan dimensi longsoran pada titik pertama sepanjang 30 meter dan tinggi 15 meter. Jarak longsor dengan rumah warga sekira 7 meter. Berdampak pada tanah milik Pujianto.
Lalu di titik ke dua, dimensi longsoran sepanjang 35 meter dan tinggi 9 meter. Jarak antara longsoran dengan rumah warga sejauh 1,5 meter. Ini berdampak pada tanah milik Yanuar Kriswanto.
Sedangkan di titik ke tiga, tebing Sungai Bengawan Solo di RT. 21, RW.03, Desa Ngablak mengalami ambles dengan dimensi panjang 21 meter dan tinggi 4 meter berdampak tanah milik Sutrisno.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, pemilik rumah untuk saat ini dilaporkan masih menempati rumahnya.
“Upaya saran dan tindakan BPBD melaporkan ke pimpinan dan meneruskan hasil asesmen Ke Dinas PU SDA dan BBWS untuk penanganan lebih lanjut,” kata Kalaksa BPBD Bojonegoro, Laela Noer Aeny kepada Suarabanyuurip.com, Jumat (15/03/2024).
Tanah longsor di tepi sungai terpanjang di Pulau Jawa ini juga terjadi di Desa Kuncen RT 04/RW 01, Kecamatan Padangan pada Minggu, 10 Maret 2024, sekitar pukul 09.00 WIB.
Kronologinya disinyalir bermula dari terjadinya hujan deras di wilayah Kecamatan Padangan yang menyebabkan debit air Sungai Gamongan naik sehingga mengakibatkan longsornya tebing Sungai Gamongan.
Dampaknya, tebing sungai mengalami longsor dengan dimensi longsor yakni panjang sekira 39 meter dan kedalaman sekira 9 meter. Pada pemilik rumah yaitu Khundori, Dhokir, dan Suparno.
Tidak ada korban jiwa dilaporkan, namun untuk saat ini Suparno bertempat tinggal di rumah anaknya, sedangkan Khundori dan Dhokir masih menempati rumahnya.
“Atas kejadian di Padangan ini kami upayakan saran dan tindakan ialah agar pihak terkait meelakukan normalisasi sungai. Selain itu BPBD melaporkan ke pimpinan dan meneruskan hasil asesmen ke Dinas PU SDA dan BBWS untuk penanganan lebih lanjut,” ujar Ani, sapaan karib Laela Noer Aeny.
Dikonfirmasi terpisah, BBWS Bengawan Solo melalui Humas, Tamara Geraldine membenarkan adanya laporan. Namun demikian untuk keadaan darurat pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPBD dan PU SDA.
“Untuk darurat kami koordinasi sama BPBD dan PU SDA dulu,” ungkapnya via pesan Whatsapp.
Sementara Kepala Dinas PU SDA Kabupaten Bojonegoro, Heri Widodo tidak merespon konfirmasi yang dilayangkan Suarabanyuurip.com hingga berita ini ditayang.(fin)