SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Harga kopi jenis robusta dikabarkan melambung tinggi di tingkat global. Ini mempengaruhi keuntungan pada para negara produsen kopi terbesar dunia, termasuk kepada Indonesia salah satunya yang berada di nomor tiga.
Kenaikan harga kopi yang mendunia ini ternyata berdampak pula pada pasar kopi domestik. Harga kopi robusta lokal kini juga terkerek naik. Tak ketinggalan bahkan biji kopi di dataran rendah asli hasil produksi Bojonegoro, Jawa Timur. Kopi di Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo, misalnya.
“Iya Mas, harga kopi sekarang gila-gilaan, baik di pasar lokal, regional maupun dunia,” kata pembudidaya kopi Tlogohaji, Lilik Budi Witoyo kepada Suarabanyuurip.com, Kamis (02/05/2024).
Pria yang berhasil melakukan riset dan budidaya empat varietas kopi ditanam di dataran rendah yakni robusta, arabica, liberika, dan ekselsa ini menilai kenaikan harga kopi dunia berdampak pada harga kopi hasil kebun dia sendiri.
“Jelas berpengaruh, Mas, kopi robusta di pasar yang biasa harga Rp30-35 ribu saja sekarang menjadi Rp60 ribu sampai Rp65 ribu per kg,” ujarnya.
Menurut Budi, demikian ia karib disapa, Bojonegoro adalah kabupaten yang punya segalanya. Maka berkenaan varietas kopi yang ternyata tumbuh di dataran rendah dan kaitannya dengan harga kopi yang selalu bagus, patut diupayakan menjadi satu program bidang pertanian di Bojonegoro.
“Saya kira akan menjadi terobosan menarik untuk pengembangan pertanian dan perkebunan di Bojonegoro, dan dengan perkembangan trend harga kopi yang terus meningkat, akan mempunyai nilai ekonomi bagi daerah,” tuturnya.
“Terkait kualitas rasa kopi Tlogohaji pernah di cupping bareng oleh barista-barista di Bojonegoro, dan nilainya bagus,” lanjut Budi.
Sementara itu, salah seorang penyuplai kopi seputaran Bojonegoro Kota, Khorij Zaenal Ansori membenarkan kenaikan harga kopi. Naiknya harga kopi ini merata pada semua kualitas kopi. Baik jenis robusta maupun arabica.
“Harga kopi naik semua, tetapi harga kopi kan ada kelas-kelasnya, beda beda harganya tiap kelas, sehingga menyiasati kenaikan ini tiap pelanggan beda cara, ada yang beli di kelas lebih murah contohnya,” beber pria yang rajin membantu ibunya berjualan ayam karkas ini.
“Iya, Mas, harga kopi naik, tapi saya belum bisa naikin harga, jadi otomatis keuntungan berkurang,” ungkap Rizky Irawan, pengelola warung kopi ‘Rigen’ di Kecamatan Balen tanpa bermaksud sambat.
Terpisah, kala disinggung ihwal hasil riset empat varietas kopi dataran rendah di Tlogohaji berpotensi untuk dikembangkan dengan campur tangan pemerintah kabupaten (pemkab), Penjabat (Pj) Bupati Bojonegoro, Adriyanto mengaku, masih akan mengecek dulu pada Kepala Dinas (Kadis) Pertanian.
“Untuk pengembangan varietas kopi, saya cek dulu ke Kadis Pertanian ya,” katanya lewat pesan Whatsapp.(fin)