Lifting Migas Merosot, PNBP Semester I 2024 Turun Jadi Rp 288,4 Triliun

ICP Juni 2024.
Lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

SuaraBanyuurip.com – Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada semester pertama 2024 mengalami penurunan 4,5 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 302,1 triliun menjadi Rp 288,4 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh kondisi penerimaan di sektor migas mengalami kontraksi 7,6% karena penurunan lifting minyak dan gas (Migas).

Selain itu, peneriman sektor non-migas terpengaruh oleh penurunan harga batubara dan nikel yang signifikan.

“Untuk sektor pertambangan masih mengalami kontraksi yang cukup dalam akibat harga komoditas yang menurun dan restitusi yang meningkat,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam keterangannya.

Ia menyampaikan, penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.028 triliun pada semester I-2024 atau setara 44,5% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Penerimaan perpajakan ini terkontraksi 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.105,6 triliun. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh penurunan PPH badan yang mengalami penurunan dari sisi profitabilitas perusahaan, serta PPN yang juga mengalami tekanan akibat restitusi yang meningkat.

“Dari sisi bruto aktivitas ekonominya masih positif pertumbuhannya. Namun kemudian dilakukan restitusi sehingga terjadi penerimaan netto pajak kita terlihat mengalami tekanan 11%. Aktivitas ekonominya sendiri masih bergerak, namun penerimaan pajaknya menurun karena adanya restitusi di PPN. Jadi PPH badan dan PPN yang kontribusinya terbesar mengalami tekanan terhadap penerimaan kita,” kata Menkeu dalam Laporan Realisasi Semester I dan prognosis Semester II Pelaksanaan APBN 2024.

Sri Mulyani juga melaporkan PPH 21 mengalami kenaikan signifikan sebesar 28,5% secara bruto dan neto. Hal ini mencerminkan peningkatan dalam aktivitas dan pendapatan karyawan. PPH Orang Pribadi juga mengalami kenaikan sebesar 12%, menunjukkan pertumbuhan dalam penghasilan individu.

Sedangkan PPH Final, lanjut dia, mengalami pertumbuhan 13,8% secara neto yang menunjukkan adanya pemulihan aktivitas dari sisi deposito, konstruksi, sewa tanah/bangunan yang didorong kenaikan aktivitas transaksi.

“Kemudian, untuk PPN impor masih tumbuh tapi tipis dan PPH 26 juga mengalami pertumbuhan 4,8% untuk neto dan 6,2% untuk bruto. Ini berarti tekanan dari penerimaan pajak bisa diidentifikasi berkaitan dengan komoditas dan restitusi, sedangkan aktivitas ekonomi masih relatif terjaga. Namun kita juga tetap harus waspada,” ungkapnya.

Aktivitas ekonomi di sektor lain juga masih membukukan pertumbuhan yang positif. Menkeu menjelaskan, dalam hal ini pertumbuhan positif juga terjadi di sektor jasa dan asuransi, kontruksi dan real estate, informasi dan komunikasi, serta transportasi dan pergudangan. Industri pengolahan juga terpengaruh dengan kontraksi 15,4% dalam penerimaan pajaknya.

Secara keseluruhan, semester pertama tahun 2024 menunjukkan tantangan yang signifikan dalam hal penerimaan pajak dan bukan pajak di Indonesia. Meskipun terdapat beberapa peningkatan, sejumlah sektor tetap mengalami penurunan yang perlu diwaspadai.

“Kami berharap dalam suasana yang sangat tidak pasti, tentu pelaksanaan seluruh program Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah masih bisa dieksekusi untuk mendorong dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan melindungi masyarakat agar tetap meningkat kemakmurannya,” pungkas Menkeu.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *