PEPC bersama Paratazkia Lakukan Pelatihan Kegawatdaruratan Bencana di Dolokgede 

Pelatihan kegawatdaruratan
Para peserta pelatihan kegawatdaruratan bencana dan simulasi desa siaga bencana sekitar JTB foto bersama usai kegiatan.

SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari

Bojonegoro — Operator lapangan gas Jambaran – Tiung Biru (JTB) yang berpusat di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Pertamina Ekplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) bermitra Yayasan Paratazkia menyelenggarakan pelatihan kegawatdaruratan bencana dan simulasi desa siaga bencana.

Kegiatan tersebut sesuai konsep sinergi pentahelik penanganan kebencanaan yang melibatkan para pihak yaitu Pemerintah, Civil Society, Pelaku Industri, Akademisi, Pers, dan Masyarakat.

Pelatihan dan simulasi ini dilaksanakan di GOR Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (18/09/2024). Pelatihan yang diselenggarakan terdiri dari teori dan praktek, diantaranya tersampaikan tentang penggunaan alat dan teknologi terkini dalam komunikasi penanganan kedaruratan kebencanaan. Kemudian dilanjutkan dengan praktek penanganan kondisi kedaruratan kebocoran gas.

Para pihak turut terlibat dalam kegiatan ini antara lain BPBD Kabupaten Bojonegoro, pemerintah desa di sekitar area operasi Lapangan Gas JTB, PEPC, Yayasan Paratazkia, Maharesigana Stikes Maboro, Perwakilan Media, dan Tim Taruna Siaga Bencana (TAGANA) yang terdiri dari Perwakilan berbagai unsur masyarakat desa.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bojonegoro, Laela Nor Aeny, yang hadir secara langsung membuka kegiatan ini memberi apresiasi atas terselenggaranya pelatihan ini. Perempuan yang karib disapa Ani ini mengucapkan terima kasih kepada PEPC yang telah menginisiasi program hingga dapat terselenggara.

PEPC dan Paratazkia
PEPC dan Paratazkia juga menyasar peserta dari SMPN 2 Purwosari yang berdampingan dengan jalur pipa Lapangan Gas JTB terkait pengenalan potensi risiko bahaya dan mitigasi kebencanaan.(ist/paratazkia)

Sebab edukasi terkait hal-hal yang perlu dimitigasi sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat. Untuk itu Ani berharap kepada semua pihak untuk bisa membantu dalam menangani segala potensi bencana yang ada.

“Karena bagaimanapun kami membutuhkan dukungan masyarakat agar bisa bekerja dengan baik dalam melakukan mitigasi pencegahan, hingga penanganan kebencanaan yang mungkin timbul,” kata Ani.

Dari kegiatan itu ia juga menaruh asa, agar pelatihan yang didapat bisa bermanfaat baik untuk para peserta serta bagi masyarakat luas.

“Kesempatan yang berharga ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Sebagai lembaga yang menangani kebencanaan kami mengucapkan terima kasih PEPC telah memberikan program seperti ini,” tambahnya.

Sebagai pemateri dalam kegiatan pelatihan dan juga simulasi ini adalah Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro, Eko Susanto beserta tim BPBD.

Adapun beberapa materi yang dipaparkan kepada tim TAGANA mengenai cara penanganan kondisi kedaruratan kebencanaan dan cara penanganan kondisi kedaruratan jika terjadi kebocoran gas dipilih karena ada alasan kuat yang mendasari.

Yakni oleh sebab dua hal tersebut yang paling ditekankan agar para tim Tagana benar-benar mengerti dan peduli terhadap keadaan dirinya sendiri khususnya dan terhadap lingkungan sekitar pada umumnya.

Selain memberikan materi mengenai penanganan kondisi kedaruratan kebencanaan, tim BPBD juga memberikan penjelasan bagaimana berkomunikasi menggunakan teknologi terkini untuk penanganan bencana, tentang pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan alat saat penanganan kegawatdaruratan.

Simulasi dilakukan bertujuan agar tim Tagana lebih siap, cepat dan tanggap dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan bencana, dengan dilakukannya simulasi, maka para tim Tagana dapat merasakan, mengerti dan memahami hal-hal apa yang harus dilakukan dan bagaimana harus bersikap ketika ada kedaruratan bencana di suatu Wilayah.

Kegiatan Pelatihan dan Simulasi Penanganan Kegawatdaruratan Bencana Program Desa Siaga Bencana (DESAEM) ini berjalan dengan lancar dan diikuti dengan baik oleh para peserta tim Tagana.

Program yang telah terlaksana ini diharapkan dapat membekali para warga sekitar proyek JTB yang sudah terbentuk dan tergabung dalam tim TAGANA. Lebih jauhnya, segala yang sudah dipelajari dari kegiatan tersebut dapat digunakan dan aplikasikan ketika ada suatu kedaruratan kebencanaan. Sehingga tim ini setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama terhadap warga lainnya sebelum pertolongan dari beberapa pihak datang.

Sementara itu, Community Relations PEPC Zona 12, Edi Arto, menyempatkan untuk memberikan sosialisasi keamanan jalur pipa migas. Dihadapan peserta dan stakeholder, Edi menjelaskan potensi yang timbul jika melakukan aktivitas diatas jalur pipa migas.

Untuk itu pihaknya berpesan dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga keamanan jalur migas. Karena sebagaimana diketahui bersama, Lapangan Gas JTB yang dioperatori PEPC merupakan objek vital nasional yang bertugas untuk memberikan kontribusi ketahanan energi nasional.

“Selain daripada itu JTB juga berkontribusi pada penerimaan daerah melalui Dana Bagi Hasil (DBH) migas yang ada di Bojonegoro,” beber Edi Arto.

Program pendampingan Tim Tagana ini telah memasuki tahun ke-5, melibatkan empat desa sekitar wilayah operasi PEPC Zona 12. Diantaranya Desa Dolokgede Kecamatan Tambakrejo, Desa Pelem dan Desa Kaliombo Kecamatan Purwosari serta Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem.

Untuk diketahui, PEPC bersama Yayasan Paratazkia berupaya membantu peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat sekitar dengan program-programnya agar masyarakat memahami potensi resiko kebencanaan dari sekitar lingkungannya serta langkah mitigasi hingga penanganannya.

Di tahun ke-5 program ini juga menyasar anak usia sekolah, yaitu pengenalan potensi resiko bahaya dari sekitar lingkungan dan cara mitigasinya sedari dini. Yaitu menyasar di SMPN 2 Purwosari yang berdampingan dengan jalur pipa gas Lapangan Gas JTB.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait