Berkolaborasi Membangun Arboretum di Kawasan Migas Kedung Keris

Arboretum kawasan migas kedung keris.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Drs. Kusnandaka Tjatur Prasetijo bersama SKK Migas, EMCL, pemdes Sukoharjo, dan masyarakat melakukan penanaman pohon untuk mencanangan pembangunan arboretum di kawasan migas Kedung Keris, Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.

SuaraBanyuurip.com – Keberhasilan Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur membangun agroforestri mengundang perhatian dari berbagai pihak. Mereka sepakat berkolaborasi menjadikan kawasan tersebut menjadi arboretum di desa ring satu migas Kedung Keris.

Agroforestri adalah perpaduan pengelolaan lahan dengan menggunakan sistem budidaya tanaman kehutanan, perkebunan, pertanian dan peternakan secara bersamaan.

Agroforestri Desa Sukoharjo mulai dirintis pemerintah desa setempat bersama masyarakat sejak 2022, dengan melibatkan sejumlah aktivitis peduli lingkungan dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi.

Ada seluas 2.500 meter persegi lahan yang ditanami aneka macam buah-buahan. Mulai dari kelengkeng, pepaya kalifornia, nangka dan jambu kristal dan beberapa tanaman produktif lainnya. Hasil panen tanaman tersebut telah dirasakan masyarakat Desa Sukoharjo.

Selain itu di lokasi ini juga terdapat tanaman jagung, palawija. Serta peternakan ayam petelor bantuan operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Semua terintegrasi menjadi satu kawasan.

Keberhasilan budidaya tanaman buah-buahan ini membuat Desa Sukoharjo termotivasi ingin mengembangkan agroforestri di lahan yang lebih luas dengan jenis lebih beragam. Ada lahan seluas 20 hektar disiapkan.

Lokasinya berada di belakang Pondok Pesantren (Ponpes) Sale jalan nasional Bojonegoro – Cepu. Tepatnya berada dekat bantaran Sungai Bengawan Solo. Lahan yang menjadi lokasi Agroforestri di Desa Sukoharjo merupakan tanah timbul atau daratan yang terbentuk secara alami akibat proses pengendapan sungai Bengawan Solo.

Tanah timbul seluas puluhan hektar tersebut tidak masuk dalam data Buku C Desa Sukoharjo maupun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS). Tanah timbul itu sekarang ini sedang diproses dan diurus oleh Pemdes Sukoharjo agar bisa menjadi aset desa dan dijadikan lokasi Agroforestri.

Ada beberapa alasan Desa Sukoharjo memilih model pertanian Agroforestri untuk dikembangkan. Tanah timbul yang menjadi lokasi merupakan tanah tegalan yang kurang subur untuk tanaman pertanian. Selain itu, lokasinya sering dilanda banjir karena berada di bantaran Sungai Bengawan Solo, sehingga tidak menguntungkan bagi petani jika ditanami padi.

“Tapi tanah ini cocok ditanami tanaman buah-buahan. Beberapa tanaman buah-buahan yang ditanam seperti pepaya kalifornia, kelengkeng, jambu kristal bisa tumbuh subur dan menghasilkan. Tanaman ini bisa bertahan dari banjir, daripada padi atau tanaman palawija lainnya,” jelas Sekretaris Pokdarwis Sukoharjo, Yevirma.

Kesirusan Pemerintah Desa Sukoharjo membangun agroforestri mendapat apresiasi dari pemerintah dan pihak swasta untuk menjadikan kawasan tersebut menjadi taman arboretum. Arboretum adalah suatu tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.

Selain memiliki kegunaan sebagai tempat mengoleksi berbagai jenis pohon, arboretum dapat dijadikan sebagai objek wisata edukatif yang memiliki nilai estetika dan keindahan, karena di dalamnya terdapat aneka ragam jenis flora.

“Untuk memperoleh sertifikat Arboretum minimal lahan yang disediakan seluas 10 hektar dengan aneka jenis tanaman. Kalau di sini ada seluas 20 hektar sudah mencukupi, dan tinggal memperbanyak jenis tanamannya,” tambah Yevirma.

Pencanangan Arboretum di desa ring satu lapangan migas Kedung Keris (KDK) ditandai dengan pengungkapan komitmen dan menanam bersama, Kamis (31/10/2024) kemarin.

Arboretum.
Penanaman pohon bersama di kawasan Arboretum di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.

Hadir dan ikut menanam langsung di tempat tersebut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Drs. Kusnandaka Tjatur Prasetijo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dandi Suprayitno, AP., M.Si. Analist Departemen Forum Komunikasi SKK Migas Jabanusa Singgih Putra Perdana, perwakilan EMCL.

Juga Plt. Camat, Kapolsek, Danramil Kalitidu, Kades Sukoharjo, Kades Leran, Pokdarwis Sukoharjo, masyarakat petani ekologi, Non Government Organization (NGO) mitra program EMCL, dan perwakilan mahasiswa dari 11 kampus di Bojonegoro.

Mewakili Pj. Bupati Bojonegoro, Kusnandaka Tjatur Prasetijo selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan, mengapresiasi langkah kolaborasi yang telah dilakukan untuk bersama-sama menanam pohon dan peduli dengan lingkungan.

“Konsep kolaborasi ini adalah langkah bagus, dan harus diteruskan. Tak kalah pentingnya, juga kolaborasi utama dari masyarakat untuk merawat tanaman yang sudah ditanam,” ucapnya.

Kata Kusnandaka, konsep agroforestri di kawasan ini, ada beberapa tanaman, yakni tanaman produktif, tanaman penghijauan, dan pelindung. Namun dia menyarankan agar lebih banyak menanam tanaman produktif. Harapannya, ketika tanaman tumbuh dan berkembang, kemudian ada hasil, makna forestri akan muncul.

“Orang datang tidak hanya berteduh, tapi bagaimana memetik hasil tanaman, serta turunan pengembangan produk. Bahkan konektifitas antar wilayah yang bisa menjadi objek tujuan untuk wisata dan kuliner,” ulasnya.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro, Dandi Suprayitno, telah terus berkolaborasi melakukan penanaman pohon bersama. Harapannya bisa membumikan Gerakan Suka Menanam (GSM) di Kabupaten Bojonegoro, dan meminimalisir emisi karbon. Selain itu juga untuk pengembangan pusat pertumbuhan baru sebagai pendongkrak pengembangan wilayah.

“Semoga apa yang dilakukan hari ini bisa menjadi awal yang baik bagi semua untuk melestarikan lingkungan dengan menanam,” harap Dandy.

Kepala Desa Sukoharjo, Sulistyawan mengatakan, kawasan agroforestri yang berada di pinggir sungai Bengawan Solo, merupakan upaya untuk merawat area sungai dari bencana abrasi dan banjir. Sekaligus membangun ekowisata berbasis alam.

“Dengan penananam pohon, harapannya tidak ada lagi bencana banjir dan longsor di pinggir bengawan. Selain itu, dengan menanam pohon sekarang, kita investasi oksigen untuk anak dan cucu kita di masa mendatang,” ucap Sulis.

Sementara perwakilan SKK Migas wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara, Singgih Putra Perdana, mengatakan bahwa di tahun 2024 ini, SKK Migas telah menanam 1,6 juta pohon di seluruh wilayah Indonesia. Khusus di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara (Jabanusa) dari target 175.568, jumlah tersebut sudah terlampaui.

Singgih menambahkan, SKK Migas dan EMCL terus berkomitmen untuk mendukung penghijauan oleh masyarakat. Terlebih, Desa Leran dan Sukoharjo merupakan daerah sekitar Lapangan Kedung Keris, yang tahun ini menjadi tempat program penghijauan tahun 2024 yang dilaksanakan EMCL dengan mitra program Yayasan Sedulur Pena.

Program penghijauan ini merupakan hasil kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Perhutani KPH Bojonegoro, dan Pemerintah Desa.

“Terimakasih atas kolaborasi untuk bersama-sama peduli lingkungan. Kami juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dengan merawat tanaman yang telah kita tanam bersama hari ini. Karena tanaman ini untuk investasi masa depan,” kata Singgih.

Dalam kegiatan penanaman pohon bersama di kawasan agroforestri Sukoharo, jenis tanaman yang ditanam antar lain alpukat, nangka, matoa, dan kelengkeng. Untuk penghijauan dan keindahan ada pohon glodok pecut dan tabebuya, sedangkan pohon pelindung ada pohon trembesi.

Selain menanam bersama, kegiatan dimeriahkan dengan penampilan teater pantomime dari Actore Mediaart Bojonegoro, dengan tema ‘Menaman Pohon Memanen Oksigen’.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait