SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Operator ladang minyak dan gas bumi (Migas) Banyu Urip, Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (Ademos) menggelar diskusi Ngopi Bareng di Omah Tepi Sawah, Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Diskusi bertajuk “Strategi Pengelolaan Taman Baca Masyarakat (TBM) sebagai Pusat Literasi Desa” ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan merumuskan strategi pengembangan TBM.
Perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bojonegoro, Sumantri mengatakan, diskusi yang digelar pada 25 November kemarin ini menghasilkan rekomendasi strategis untuk memperkuat peran TBM di desa. Dalam diskusi ini, TBM disepakati tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga berfungsi sebagai pusat informasi yang mendukung pembangunan desa secara berkelanjutan.
“TBM nantinya juga akan menjadi episentrum peningkatan literasi masyarakat di tingkat desa,” katanya.
Dia mengatakan, isu utama yang dibahas adalah pentingnya penguatan TBM sebagai pusat literasi untuk membantu masyarakat menghadapi tantangan digital, seperti maraknya pinjaman online ilegal dan judi online. Poin pentingnya adalah menekankan akses yang lebih luas terhadap sumber daya, penerapan teknologi, serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung digitalisasi layanan TBM.
“Keberadaan TBM tidak hanya sebagai tempat membaca, tetapi juga menjadi pusat informasi yang mampu mendorong pembangunan desa secara berkelanjutan. Kegiatan ini menjadi upaya kami untuk meningkatkan literasi sekaligus memberdayakan masyarakat desa,” katanya.
Dia menjelaskan, peran TBM sebagai pusat informasi untuk pembangunan desa sangat penting, baik pembangunan infrastruktur maupun manusianya. Karena apabila tingkat literasi meningkat, masyarakat bisa mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
“Kami berharap, pembangunan di desa bisa lebih holistik dan berkelanjutan,” jelasnya.
Sementara perwakilan EMCL, Rifqi Romadhon mengatakan, TBM sangat penting untuk meningkatkan literasi digital untuk mengatasi tantangan sosial di desa. Sebab, menurut data UNESCO 2021, indeks baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, di angka 0.01%, atau hanya satu orang dari 1.000 yang memiliki minat baca. Indonesia juga menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dalam studi “Most Literate Nation in the World.”
“Rendahnya literasi berdampak pada kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Melalui diskusi ini, EMCL dan Ademos berharap TBM dapat memainkan peran sentral sebagai pusat literasi, informasi, dan pemberdayaan masyarakat desa,” kata Rifqi dalam surat elektronik yang diterima Suarabanyuurip.com, Jumat (29/11/2024).
Sehingga, program ini merupakan bagian dari komitmen industri hulu migas dalam meningkatkan taraf pendidikan di masyarakat. Terutama perlunya, kolaborasi dan diskusi semacam ini diharapkan akan terus berlangsung.
“Karena TBM sebagai penggerak literasi yang seharusnya menjadi bagian penting dalam mendorong perubahan di masyarakat,” imbuhnya.(jk)