SuaraBanyuurip.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah menyiapkan tiga strategi untuk meningkatkan lifting minyak sebesar 900 ribu-1 juta barel per hari pada tahun 2028-2029. Target lifting ini untuk mewujudkan swasembada energi sesuai Asta Cita Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Bahlil menjelaskan, ada tiga langkah strategis yang akan ditempuh mencapai lifting minyak sebesar 900 ribu-1 juta barel per hari. Pertama, pemerintah akan menggarap sumur-sumur idle (idle well) yang tersedia. Kedua, optimalisasi sumur-sumur yang sudah ada akan dilakukan dengan penerapan teknologi, termasuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Ketiga, terdapat 300 sumur yang telah selesai dieksplorasi tetapi belum memiliki Plan of Development (PoD) untuk segera dilakukan percepatan.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini terdapat sekitar 40.000 sumur dengan 16.000 sumur idle yang dapat di-reaktivasi dan masih dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Kementerian ESDM sudah memetakan sumur-sumur yang masih memiliki kandungan minyak serta bagaimana proses memproduksinya.
Selain upaya di atas, lanjut Bahlil, upaya lain yang dapat dilakukan adalah mengubah teknis pola pengeboran untuk mendapatkan sisa minyak seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
“Kalau di Amerika peningkatan produksi dari 3 juta barel menjadi 13 juta perhari itu melakukan bornya secara horizontal. Sementara kita selama ini melakukan pemboran secara vertikal. Di Amerika, bornya sudah horizontal supaya bagian minyak yang tidak pernah terangkut ikut naik, sekarang sudah bisa dan juga dengan memanfaatkan teknologi EOR,” jelasnya.
Bahlil mengungkapkan kebutuhan minyak domestik sekarang ini diperoleh melalui impor dari negara yang tidak menghasilkan minyak.
“58% konsumsi minyak kita itu impornya itu dari Singapura. Jadi kita ini impor minyak dari negara yang tidak mempunyai minyak yang harganya sama dengan dari middle east,” ungkapnya.
Menurut Ketua Umum Partai Golkar itu, kondisi lifting saat ini berbeda dengan tahun 1996-1997. Saat itu lifting minyak mencapai 1,6 juta barel per hari dengan konsumsi sekitar 600 ribu barel per hari sehingga Indonesia bisa mengekspor minyak 1 juta barel per hari.
“Kemarin di 2024, 2 bulan terakhir sekitar 690.000 barel. Sekarang impor kita per hari itu 1 juta barel. Jadi, terbalik antara 1996-1997 dengan 2024,” pungkas Bahlil di Jakarta saat menyampaikan Keynote Speech di acara “Beritasatu Economic Outlook 2025” di Jakarta, akhir Januari 2025.(red)