SuaraBanyuurip.com – Kuliah kerja nyata (KKN) tematik kolaboratif Universitas Bojonegoro (Unigoro) 2025 akan difokuskan pada pengelolaan potensi geopark. Sebelum KKN berlangsung, mahasiswa Unigoro mendapat pembekalan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Welly Fitrama, serta perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Bojonegoro, Sumantri, Jumat (9/5/2025), di Hall Suyitno.
KKN TK Unigoro 2025 akan dilaksanakan pada Juli hingga Agustus mendatang. Ada ratusan mahasiswa yang terbagi dalam 28 kelompok mengikuti program ini. Setiap kelompok diwajibkan memiliki output berupa data kemiskinan, data potensi ekonomi dan SDA, publikasi artikel ilmiah, serta publikasi media massa dan media sosial.
Di hadapan ratusan mahasiswa, Welly mengajak mahasiswa untuk menggali potensi pariwisata di sekitar geosite, biosite, maupun culture site yang ada di lokasi KKN. Dia menerangkan konsep 3 A (atraksi, aksesbilitas, dan amenitas) sebagai syarat minimal pengembangan sebuah destinasi wisata.
“Atraksi berupa pertunjukan atau aktivitas tertentu bisa menjadi daya tarik utama yang menjadi alasan mengapa harus berkunjung ke sana. Misalnya di Wonocolo, atraksinya adalah aktivitas penambangan tradisional satu-satunya di Indonesia. Lalu aksesibilitas terkait sarana dan prasarana yang memudahkan wisatawan untuk mencapai titik lokasi wisatanya. Seperti adanya papan petunjuk arah maupun transportasi umum. Sedangkan amenitas adalah fasilitas pendukung yang membuat pengalaman berwisata lebih nyaman. Contohnya di sekitar lokasi wisata ada rumah makan dan penginapan,” terangnya.
Saat ini, Pemkab Bojonegoro sedang tengah mengusulkan status UNESCO Global Geopark (UGGp) atas nilai warisan geologi yang ada di Kota Ledre. Langkah tersebut sejalan dengan misi yang diusung KKN TK Unigoro 2025. Optimalisasi potensi desa dalam mendukung pengembangan geopark untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro.
Welly melanjutkan, pihaknya membutuhkan kolaborasi pentahelix dari kalangan mahasiswa khususnya dalam penggalian potensi geopark.
“Kita bisa mulai dari edukasi geopark Bojonegoro. Kemudian mengembangkan wisata lokal di desa-desa. Atau menjadi event organizer kepariwisataan,” jelasnya.
Sementara itu Dinas PMD Bojonegoro berfokus pada pembangunan kawasan pedesaan untuk mendukung pengusulan status UGGp. Menurut Sumantri, pembangunan kawasan pedesaan bertujuan mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat. Terutama di kawasan geosite, biosite, dan culture site Kabupaten Bojonegoro.
“Melalui program pembangunan kawasan pedesaan ini diharapkan mampu membuhkan usaha ekonomi masyarakat kawasan. Sekaligus menggerakkan sektor riil dan meningkatkan skala usaha dengan dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari peningkatan kapasitas SDM, sumber pemodalan, serta menyediakan infrastruktur usaha sesuai kebutuhan,” paparnya.(red)