SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro – Operator ladang gas Jambaran-Tiung Biru (JTB), PT Pertamina Eskplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) Zona 12 menggagas skema usaha agrosilvopastura di wilayah sekitar operasi melalui program bertajuk “Biru Langit Jambaran Tiung Biru”.
Program yang telah disetujui oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak da Gas Bumi (SKK Migas) ini berhasil mengantarkan binaan, yakni “Koperasi Produsen Ngasem Maju Sejahtera” hingga sukses menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) perdana.
Selain purna penyelenggaraan RAT perdana, akhir bulan Juli 2025, acara juga dipadu dengan rangkaian kegiatan peduli lingkungan yaitu Aksi Jogo Wono, dipusatkan di Kawasan Konservasi Petak 52-A1 Desa Ngasem.
Kegiatan itu dihadiri oleh Kepala Desa Ngasem, Suhartono; Sekretaris Camat Ngasem, Winarto; Widodo, Kepala CDK Wilayah Bojonegoro, Widodo, ADM Perhutani KPH Bojonegoro; Slamet Juwanto, perwakilan dari Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro (Disdakopum); Yayuk Sri Yunani, perwakilan PEPC; Edi Arto, serta tim IDFoS Indonesia.
Ketua Koperasi Moh. Gufron, dalam RAT kali pertama itu menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengurus tahun buku 2024. Laporan tersebut diterima oleh anggota koperasi dengan sejumlah catatan evaluatif untuk perbaikan ke depan.
Rapat itu juga menjadi forum diskusi bagi anggota dalam memperkuat rencana kerja serta strategi pengelolaan usaha pertanian dan peternakan berbasis hutan yang telah berjalan.

Ketua IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo mengatakan, dalam program yang ia dampingi, keberadaan LMDH Ngasem Barokah berperan dalam aspek sosial masyarakat sekitar hutan, sedangkan koperasi hadir secara khusus untuk mengelola usaha produktifnya.
“Melalui skema agrosilvopastura, koperasi saat ini tengah mengembangkan budidaya
tanaman semangka dengan dukungan dari Pertamina EP Cepu Zona 12,” kata Joko Hadi Purnomo kepada Suarabanyuurip.com, Kamis (14/8/2025).
Alumnus SMA Negeri 2 Bojonegoro 1997 ini menambahlan, bahwa koperasi tersebut baru terbentuk tahun lalu. Namun kini sudah dapat menyelenggarakan RAT perdana. Momentum itu disebutnya menjadi titik awal yang baik untuk pertumbuhan koperasi ke depan.
“Semoga koperasi terus berkembang dan mampu memperkuat sinergi dalam pengelolaan kawasan hutan secara berkelanjutan,” ucap Joko Hadi Purnomo.
“RAT adalah wujud transparansi dan akuntabilitas koperasi kepada anggotanya, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,” sambung Yayuk Sri Yunani, S.E., perwakilan Disdagkopum Bojonegoro.
Untuk diketahui, rangkaian Aksi Jogo Wono menjadi simbol kepedulian anggota koperasi terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha di kawasan hutan.
Selain RAT dan aksi lingkungan, kegiatan ini menjadi momen reflektif bagi koperasi desa dalam mengukuhkan perannya sebagai motor penggerak ekonomi sekaligus pelindung kawasan hutan melalui kolaborasi multipihak termasuk Perhutani KPH Bojonegoro yang terus mendorong sinergi dalam pengelolaan kawasan hutan produktif melalui skema agrosilvopastura.(fin)