SuaraBanyuurip.com -Â Ririn Wedia
Bojonegoro – Masyarakat Dusun Plosolanang, Desa Campurejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, merasa kecewa dengan mandegnya proyek gas flare oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS) sekarang ini.
Sekretaris Desa Campurejo, Â Susilo Wandriyo, mengatakan, telah mendengar kabar apabila proyek pengolahan gas flare dari Lapangan Sukowati, Blok Tuban, yang di operatori Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ) tidak akan berlanjut seperti yang diharapkan.
“Kalau kecewa tentu ada, tapi bagaimana lagi. Permasalahannya semakin rumit ya kalau diruntut dari awal,” ujarnya kepada suarabanyuurip saat ditemui di kantornya, Kamis (26/2/2015).
Sementara itu, Mohammad Yusuf (26), warga setempat, mengungkapkan, ketidakjelasan pengelolaan gas flare tersebut membuat para pemuda setempat merasa kecewa. Karena, pada awal konstruksi terdapat bayangan di benak semua orang bahwa proyek ini akan besar dan akan memberikan peluang pekerjaan.
“Dulu, sempat para pemuda yang tergabung di karang taruna berangan-angan proyek ini seperti PT Gazuma di Kabupaten Tuban, tapi ternyata hanya bualan,” ujarnya.
Ayah dua anak ini juga menyayangkan lahan pertanian produktif yang dibebaskan untuk proyek pengolahan gas kini harus mangkrak tanpa ada kegiatan yang bermanfaat. Meskipun begitu, Yusuf tetap berharap ada proyek-proyek lainnya yang memanfaatkan adanya industrialisasi migas di tanah kelahirannya tersebut.
“Kami berharap, masih ada harapan baru bagi masyarakat sekitar sebagai penganti proyek gas flare ini,” tukasnya.
Seperti diketahui, saat ini Pemerintah Kabupaten masih menunggu keputusan dari SKK Migas dan Kementerian ESDM terkait perpanjangan Jual Beli Gas (PJBG) oleh PT BBS. Padahal, kontrak PJBG telah berakhir pada bulan April 2014 lalu dan sejak 2013 telah mengajukan perpanjangan.(rien)