SKK Migas Beberkan Dua Skema Dongkrak Produksi Blok Cepu

22361

SuaraBanyuurip.com -  Joko Kuncoro

Bojonegoro – Rencana penambahan sumur di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) masih tergantung pada performa penyerapan sumur. Sebab, area penyerapan harus melihat cadangan minyak yang akan diserap.

Kepala SKK Migas Perwakilan Jawa Bali Nusa Tenggara, Nurwahidi, mengatakan, produksi minyak terbesar di Lapangan Banyu Urip sekitar 222 ribu perbarel per harinya. Yakni, mencapai 30 persen minyak Indonesia dari Bojonegoro.

“Kami melakukan kegiatan penambahan sumur itu saat melakukan evaluasi adanya potensi-potensi tambahan cadangan,” katanya, Senin (5/4/2021).

Dia menjelaskan, melakukan penambahan sumur itu artinya juga menambah cadangan. Sehingga, tambahan cadangan untuk daerah berproduksi berdasarkan evaluasi cadangan sebelumnya. Kebetulan, kata dia, cadangan dalam rencana pengembangan (plan of Development/ PoD) untuk Lapangan Banyu Urip sekitar 450 juta barel.

“Sehingga, kalau membuat skenario pada saat itu katakanlah membor 36 sumur. Sumur itu untuk memfasilitasi atau melakukan penyerapan minyak dengan volume cadangannya sekitar 450 juta barel,” jelasnya.

Total cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip menjadi sebesar 800 juta barel, kata Nurwahidi. Artinya, lanjut dia hasil evaluasi ada tambahan cadangan di bawah tanah. Sehingga, ada dua alternatif untuk mendongkrak produksi yakni menggunakan sumur yang ada untuk menyerap cadangan atau harus melakukan penambahan sumur baru.

Baca Juga :   Indonesia Butuh Investasi US$ 18 Miliar Per Tahun untuk Dongkrak Produksi Migas

“Namun, penambahan sumur itu tergantung pada performan dari sumur-sumur sekarang. Karena, dalam perminyakan ada yang namannya area penyerapan,” kata Nurwahidi.

Dia menambahkan, berbicara sumur pasti sejauh mana cadangan itu masih bisa terserap. Jika, sumur sudah tidak dapat diserap minyaknya harus menambah pemboran sumur baru.

Ketua Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu, Hadi Ismoyo menyampaikan masih mengkaji rencana penambahan sumur baru di Lapangan Banyu Urip. Sebab dengan penambahan sumur baru ini akan ada tambahan investasi yang harus disetorkan.

“Masih dibahas untuk menentukan apakah nanti 5 atau 10 sumur yang akan dibor,” ujarnya.

Ia memperkirakan total investasi yang dibutuhan untuk pengeboran sumur baru ini diperkirakan mencapai 100 juta USD (setara Rp 1.444.235.000.000) sampai 150 juta USD (setara Rp 2.166.352.500.000). Dari total investasi tersebut, jumlah modal yang harus dibayarkan BKS Blok Cepu sekitar Rp 216.635.250.000. Jumlah ini sesuai porsi BKS dalam pengelolaan penyertaan modal (Participating Interest/ PI) 10% yang dibagi empat BUMD.

Rinciannya, BUMD Bojonegoro PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) 4,48%; BUMD Provinsi Jatim  PT Petrogas Jatim Utama (PJUC) 2,24%, BUMD Blora PT Blora Patragas Hulu (BPH) 2,18%, dan BUMD Provinsi Jateng PT Sarana Patra Hulu Cepu, 1%.

Baca Juga :   SKK Migas : Tak Ada Dasar Untuk Sanksi EMCL

“Semua masih dikaji. Baik subsurafce, komersialnya, dan drillingnya. Belum ada keputusan final,” ucap Presiden Direktur PT. Petrogas Jatim Utama (PJU), BUMD Provinsi Jatim ini.

Hadi menjelaskan keputusan penambahan investasi pengeboran sumur minyak baru di Lapangan Banyu Urip ini tergantung persetujuan dari para pihak. Jika SKK Migas setuju, maka investasi baru dijalankan.

Kemudian ditindaklanjuti dengan pembayaran investasi per tahun mulai 2022. Pembayaran ini bisa dilakukan tiga sampai lima tahun berdasarkan jadwal pekerjaan (time table project).

“Jadi posissi saat ini masih menunggu kajian final dari Block Cepu oleh SKK Migas terkait aspek teknis dan komersialnya,” pungkas Hadi.(jk)





» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *