Asyiknya Menikmati Kuliner dan Kesenian Tradisional di Festival Medhayoh Dolokgede

Penampilan Didik Nini Thowok dalam rangkaian Festival Medhayoh Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, mengundang animo masyarakat.

Suarabanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Festival “Medhayoh” atau Medhayoh Fest 2022 di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dibanjiri pengunjung hingga malam hari, Sabtu (5/11/2022). Berbagai kalangan datang ke kampung halaman Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno untuk medhayoh atau bertamu dan menikmati hiburan kesenian tradisional serta kuliner lokal.

Dari pantauan suarabanyuurip.com, sejumlah kalangan yang medhayoh di antaranya Komisaris Pupuk Kaltim bersama tim, Kepala Bappeda Provinsi Jatim, Mohammad Yasin, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah bersama suami, Komandan Kodim 0813 Letkol Arm Arif Yudho Purwanto, Wakil Kepala Polres Kompol Muh Wahyudin Latif dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Budiyanto.

Selain itu sejumlah perwakilan dari operator migas seperti ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), dan Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC). Juga sejumlah kepala desa, perwakilan kontraktor, seniman dan budayawan.

Kedatangan mereka disambut hangat oleh tuan rumah. Yakni adik kandung Mensesneg, Wahono dan Ketua Ademos, M. Kundlori berserta pengurus yang menggagas Festival “Medhayoh”.

Para ‘dhayoh’ atau tamu langsung dipersilakan untuk menikmati makanan khas Desa Dolokgede seperti opor ayam dan sejumlah menu lainnya yang sudah disiapkan. Mereka saling berbincang santai sambil menikmati hiburan yang disuguhkan.

Di antaranya kesenian karawitan, tarian tradisional, hingga penampilan Didik Nini Thowok, maestro tari.

Didik Nini Thowok saat menari di Festival Medhayoh.
© 2022 suarabanyuurip.com/d suko nugroho

Penampilan Didik Nini Thowok dengan tariannya yang memukau mampu menyedot animo masyarakat. Mereka memadati lokasi pentas di kompleks halaman rumah Mensesneg. Sesekali tawa mereka pecah menyaksikan kelincahan sang maestro menari dengan tarian kontenporernya.

“Gerakannya masih lincah, meski usianya sudah tua,” celetuk salah satu penonton sambil bertepuk tangan memberikan aplaus.

Ada beberapa lokasi yang menjadi pusat hiburan Festival Medhayoh. Mulai di Gedung Olahraga (GOR) Dolokgede, kediaman Mensesneg, SDN 1 Dolokgede, dan Kantor Ademos.

Di GOR Dolokgede, masyarakat disuguhi dengan penampilan band untuk kalangan milenial. Di SDN 1 Dolokgede ada kesenian sandur dan kethoprak, dan music akustik di halaman Kantor Ademos.

Sementara di sepanjang jalan yang menghubungkan antar stage (lokasi hiburan) dipenuhi para pedangang. Mereka menjajakan aneka makanan tradisional khas desa.

Kesenian tradisional yang disuguhkan di Festival Dolokgede.
© 2022 suarabanyuurip.com/d suko nugroho

Festival Medhayoh ber-tagline “Tilik Dulur, Icip Dhapur, Monggo Nandur” ini berlangsung selama dua hari. Yaitu hari ini, Sabtu (05/11/2022) sampai Minggu (06/11/2022) besok. Selain Didik Nini Thowok, besok malam akan hadir penyanyi dan seniman muda Budi Doremi.

Ketua Ademos, Muhammad Kundlori mengatakan, “Medhayoh” adalah istilah budaya Jawa yang maknanya adalah bertamu. Medhayoh dimaknai bertemunya hati seseorang dengan sanak keluarga maupun orang lain. Baik memiliki tujuan penting sampai sekedar berkunjung saja. Atau kebetulan mampir karena lewat rumahnya.

“Medhayoh ini memiliki keunikan, karena tersimpan kearifan di dalamnya,” kata pria yang akrab disapa Mas Ndlori ini.

Dijelaskan, setidaknya ada empat kearifan dalam budaya “Medhayoh”. Pertama adalah aruh atau saling sapa. Kedua adalah gupuh atau tergopoh-gopoh karena gembira kedatangan tamu. Ketiga, adalah lungguh yang bermakna mempersilakan duduk kepada tamu dengan sambutan hangat. Sedangkan yang keempat adalah suguh.

Suguh, bermakna menghidangkan makanan, biasanya berupa camilan dan minuman. Bermaksud menghormati tamu. Saat suguhan dihidangkan, terjadi percakapan, “wah kok repot,” yang akan dibalas tuan rumah,” enggak kok, ini nggak repot,”.

Percakapan saling balas tersebut dimaksudkan saling menjaga hati agar kedua pihak tidak saling terganggu. Melihat agungnya budaya medhayoh di tengah perubahan yang dirasa kian hilang. Ademos kemudian merasa perlu ada upaya atau gerakan sosial menghidupkan kembali budaya tersebut.(suko/fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *