Bojonegoro Penyumbang Minyak Terbesar di Wilayah Jabanusa

Nurwahidin saat memberikan sambutan di lokakarya media SKK Migas, KKKS Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada Senin (14/11/2022) kemarin.

Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Produksi minyak dan gas (migas) di wilayah Jawa, Bali, dan Nusatenggara (Jabanusa) masih cukup besar. Penyumbang terbesar migas di wilayah Jabanusa ternyata berasal dari Kabupaten Bojonegoro, tepatnya di lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi mengatakan, produksi minyak Indonesia sebagian besar berasal dari Jabanusa tepatnya dari Bojonegoro yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Untuk saat ini produksi minyak di lapangan Banyu Urip tersebut mencapai sekitar 200 ribu barel per hari (bph).

“Meski produksinya semakin menurun, namun kondisi tersebut merupakan tantangan untuk mempertahankan supaya produksi minyak nasional masih dipegang EMCL,” katanya, saat menghadiri Lokakarya Media SKK Migas Jabanusa di Kota Batu Jawa Timur.

Dia mengatakan, rencananya kedepan akan ada proyek yang segera dieksekusi pada 2023 mendatang. Hal ini untuk mempertahankan produksi minyak di Banyu Urip tetap di angka 200 ribu bph.

Selain itu, tren produksi gas di wilayah Jabanusa mengalami peningkatan, salah satunya dari Jambaran Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro yang baru saja on stream. Tentu, kata dia, produksi gas ini memberikan kontribusi sangat besar bagi pemenuhan kebutuhan gas di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Adanya produksi JTB 192 juta standar kaki kubik per hari atau MMSCFD dan dari HCML Kabupaten Sumenep 220 MMSCFD, pontensi produksi gas di Jabanusa bertambah,” katanya, Selasa (15/11/2022).

Artinya, kata dia, ada tambahan gas sekitar 400 MMSCFD. Namun, adanya tambahan gas ini menjadi tantangan di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk menjual potensi gas ini.

” Karena kalau tidak ada buyer atau pembelinya pasti akan sulit dalam teknis produksi,” katanya.

Kepala Departemen Komunikasi Perwakilan Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Jabanusa Indra Zulkarnain mengatakan, kebutuhan pasokan energi semakin meningkat, meskipun secara persentase menurun. Namun kebutuhan pasokan dari migas secara nominal makin membesar.

“Untuk persentasenya konsumsi minyak naik 139 persen dan konsumsi gas 298 persen. Karena itu, melihat hal ini energi transisi atau terbarukan sangat diperlukan,” katanya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *