Wisata Kayangan Api, Mengulik Misteri Dibalik Cikal Bakal Api Abadi

MEGAH : Gapura utama masuk ke lokasi wisata Kayangan Api di tengah hutan jati di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Suarabanyuurip.com – Sami’an Sasongko

Bojonegoro – Sejumlah tempat wisata di Kabupaten Bojonegoro, tak sekedar tampat berlibur untuk dinikmati pesona alamnya. Namun juga memiliki legenda misteri masing-masing sebagai cikal bakal wisata itu ada yang perlu diulik untuk diketahui. Wisata Kayangan Api atau api abadi di tengah hutan jati ini salah satunya.

Wisata yang terletak di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, telah melegenda karena sumber apinya tidak pernah padam meskipun diterpa hujan. Konon dekat api tersebut kerap digunakan sebagai tempat pertapaan oleh seorang bernama Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa.

Api abadi yang tak pernah padam meskipun diguyur hujan deras.
© 2022 suarabanyuurip.com/Sami’an Sasongko

Api abadi ini diyakini warga telah berpijar dalam kurun waktu yang sangat lama, yakni dari zaman Kerajaan Majapahit. Selain api abadi, di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang selalu tampak mendidih berbau menyengat seperti belerang. Tempat tersebut biasa disebut warga Sumur Blekutuk. Kala itu, air tersebut sebagai tempat merendam dan mendinginkan benda pusaka oleh Empu Supa.

“Meski hujan deras apinya tidak pernah padam. Ada juga lumpur campur air seperti mendidih tapi tidak panas. Lokasinya sebelah barat sekitar 50 meter dari titik api abadi. Itu biasa disebut warga Sumur Blekutuk, Mas,” kata Parlan, warga Sendangharjo kepada SuaraBanyuurip.com.

Baca Juga :   Pengunjung Wisata Bojonegoro Capai 84.606 orang

Cerita yang ia dengar dari para sesepuh, kala itu Mbah Kriyo membawa sebuah api dari tengah hutan dan menyalakannya ditumpukan batu dekat tempatnya bertapa, yakni di lokasi Kayangan Api saat ini.

Tempat bertapa atau semedi Empu Supa untuk membuat pusaka.
© 2022 suarabanyuurip.com/Sami’an Sasongko

“Dari api yang dinyalakan Mbah Kriyo itulah diyakini warga menjadi cikal bakal wisata Kayangan Api,” tutur pria penjaga wisata Kayangan Api ini.

Konon api abadi tersebut boleh diambil hanya untuk upacara penting. Itupun diperlukan beberapa persyaratan, yakni selamatan, tayuban dan lain sebagainya.

“Upacara penting itu salah satu contohnya seperti peringatan hari jadi Kabupaten Bojonegoro,” imbuhnya.

Mbah Kriyo, tak hanya bertapa, di lokasi tersebut juga kerap membuat peralatan pertanian, dan bahkan juga membuat benda pusaka berupa keris. Adapun salah satu benda pusaka pembuatannya yang terkenal adalah Keris Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo.

Sumur blekutuk yang tak pernah surut sepanjang musim.
© 2022 suarabanyuurip.com/Sami’an Sasongko

“Di hari-hari tertentu, utamanya Jumat Pahing, banyak warga Bojonegoro dan luar daerah yang datang di lokasi wisata api abadi untuk keperluan tertentu. Sementara warga masyarakat sekitar melaksanakan acara bersih desa atau nyadranan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta Alam,” tandasnya.

Baca Juga :   Komunitas Sangrupa Bojonegoro Akan Menggelar Pameran Lukisan per EMPU an

Lokasi Kayangan Api berjarak kurang lebih 20 kilo meter dari pusat kota Bojonegoro, atau 30 menit perjalanan. Cukup mudah untuk sampai di sana. Baik menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Apalagi di musim kemarau, banyak jalan setapak yang mudah dilalui menggunakan roda dua sebagai jalan pintas menuju lokasi api abadi.

Jembatan kecil berhias keris pusaka penghubung lokasi titik api menuju sumur blekutuk.
© 2022 suarabanyuurip.com/Sami’an Sasongko

“Kalau musim ketigo (kemarau) jalan setapak di hutan banyak yang bisa dilalui dengan sepeda motor. Tapi kalau musim hujan tidak bisa,” kata Parlan.

Objek wisata ini sudah memiliki banyak fasilitas yang memadai. Yakni Pendapa, Mushola, tempat makan dan fasilitas lainnya, sangat layak untuk di kunjungi. Dengan harga tiket masuk cukup terjangkau yaitu Rp7.500 per orang dan biaya parkir roda dua Rp2.000, dan Rp3.000 untuk kendaraan roda 4.

“Wisata Kayangan Api dibuka untuk umum selama 24 jam,” ujar Darmono, penjaga wisata lainnya.(sam)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *