Teguh Susanto, Pengendali Ular Asal Desa Ring 1 Blok Cepu

PENGENDALI ULAR : Teguh bersama Tim Pest and Animal Control saat bertugas penyelamatan di fasilitas Lapangan Migas Banyu Urip, Blok Cepu.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Teguh Susanto, seorang pemuda asal Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kini dikenal sebagai pengendali ular. Padahal lima tahun sebelumnya, alih-alih mengendalikan, mendekati ular saja tidak berani.

Pemuda yang sehari hari bertugas dalam Tim Pengendali Hewan di seluruh fasilitas Lapangan minyak dan gas bumi (Migas) Banyu Urip, Blok Cepu, ini telah mengantongi bermacam sertifikat keahlian dalam bidang Pest and Animal Control yang didapatkan melalui pelatihan dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Keahlian yang dimiliki alumnus Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Purwosari angkatan ke 4 ini antara lain, mampu mengidentifikasi berbagai macam ular dan jenis bisa yang dimiliki. Apakah bisa tersebut termasuk mematikan atau tidak. Serta mampu memetakan populasi hewan demi keseimbangan ekosistem.

“Ada tiga jenis ular berbisa yang kami dapat dari pelatihan. Yaitu dari jenis neurotoksin, hemotoksin, dan sitotoksin,” ungkapnya kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (23/01/2023).

Teguh Susanto (kanan) dan rekan saat beraktivitas pengendalian ular.
© 2023 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Tak hanya ular berbisa, pemuda 26 tahun ini sebetulnya piawai mengendalikan segala jenis hewan berbisa yang sering ada di wilayah urban atau disebut urban pest. Tawon, tomcat, lebah, dan kelajengking misalnya.

Selama bertugas, pemuda kelahiran 16 Juli 1993 ini mengaku, bersyukur tidak pernah cidera terkena gigitan hewan berbisa. Selain faktor terlatih, juga dalam kegiatannya ada prosedur penggunaan alat penangkap. Dan tidak disarankan kontak langsung dengan hewan berbisa.

“Jadi nggak boleh free handling, Mas. Harus pakai grab stick,” tandas pemilik zodiak cancer ini.

Berkenaan tugasnya, warga desa ring satu Blok Cepu ini mengaku, cukup sibuk akhir-akhir ini. Sebab, pada periode bulan November sampai dengan Maret adalah musim dimana ular kobra berkembang biak, bertelur hingga menetas. Setelah menetas, ular berbisa akan langsung mencari makan sendiri.

Disarankan para pekerja di seluruh fasilitas EMCL agar berhati-hati saat beraktifitas di area terbuka. Karena memasuki bulan Januari 2023 pada minggu ketiga ini saja timnya telah menangkap jenis ular baby cobra sebanyak 30 ekor di well pad KK.

“Tim kami bergerak ke seluruh site wilayah kerja EMCL, mulai Lapangan Banyu Urip, Kedung Keris sampai ke Station Pipe Line di Tuban. Ketika mendapati hewan berbisa tidak perlu panik, harap menjauh dari lokasi, dan segera hubungi pest and animal control,” terangnya.

Dalam penanganan hewan berbisa, lanjut Teguh, pihaknya tidak membunuh atau memusnahkan. Tetapi menghitung peta populasi agar eksositem terjaga dan rantai makanan agar tetap lestari.

Meski “bergaul” dengan beragam jenis hewan berbisa yang berbahaya. Pemuda ramah ini mengaku nyaman dengan profesinya. Dia merasa puas saat bisa menyelamatkan hewan dan melepasnya ke habitat yang baik.

“Suatu keberuntungan buat saya bisa bergabung dengan EMCL dalam tim ini. Banyak manfaat yang saya dapat. Selain itu, saya mencintai hewan sebagai sesama mahluk Tuhan yang juga harus dilindungi,” ucapnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *