Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Selain berdampak pada pembebasan lahan yang hingga kini belum ada kejelasan, Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendung Gerak Karangnongko ternyata punya dampak yang lain. Yakni menyebabkan sebanyak 14 Kepala Keluarga (KK) di Desa Ngelo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terancam terisolir.
Kepala Desa (Kades) Ngelo, Kecamatan Margomulyo, Tri Maryono mengatakan, sebanyak 14 KK di desanya terancam terisolir. Musababnya, para warga yang tinggal di luar area pembebasan lahan untuk Bendung Gerak Karangnongko ini bakal terputus dari semua infrastruktur publik.
“Mereka tak hanya kehilangan tetangga, tetapi bakal kehilangan akses jalan umum, listrik, dan segala fasilitas umum lainnya,” kata Kades Ngelo, Tri Maryono kepada SuaraBanyuurip.com, Jumat (23/06/2023).
Dia menjelaskan, nasib para warga tersebut saat ini sedang ia usulkan agar tercatat untuk mendapat jalan keluar. Meskipun mereka bukan bagian dari yang terdampak langsung pembebasan lahan.
“Jadi ini permintaan, karena mereka (14 KK) itu kan tinggalnya di luar patok merah ya. Mereka ini di luar 172 KK terdampak pembebasan lahan. Tapi kasihan kan kalau terisolir,” jelas Tri Maryono.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Bojonegoro, Andreas Rochyadi mengatakan, bahwa 14 KK yang dimaksud oleh Kades Tri Maryono bertempat tinggal di lahan yang berada di luar penetapan lokasi (penlok) PSN Bendungan Karangnongko.
“Berarti (14 KK) itu kan pengusulannya lain. Bukan bagian dari tugas kami saat ini. Nanti kalau pemkab dalam hal ini PU SDA mengajukan permohonan pengukuran tanah mereka, baru kami lakukan pengukuran. Saat ini BPN masih fokus pada lahan yang berada dalam penlok. Tetapi kami tetap membantu pemkab untuk kegiatan yang terkait dengan tanah yang berada di luar penlok tadi,” ujar pria asli Solo ini.(fin)