Tekan Emisi, Pertamina Lakukan Dekarbonisasi dan Bangun Bisnis Lebih Hijau

TEKAN EMISI : Pertamina lakukan dekarbonisasi dan berupaya bangun bisnis baru lebih hijau. (Dok. Pertamina)

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Jakarta – Sejalan dengan aspirasi pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) paling lambat tahun 2060. PT Pertamina (Persero) tidak hanya melakukan upaya dengan membangun bisnis baru yang lebih hijau tapi juga melakukan dekarbonisasi.

Dekarbonisasi merupakan salah satu komitmen Pertamina mencapai perusahaan berkelanjutan, selain terus meningkatkan kinerja bisnisnya. Pertamina tercatat merupakan satu-satunya perusahaan Indonesia sekaligus satu-satunya BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2023.

Hal ini disampaikan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Fadli Rahman, dalam Indonesia Future of Climate Summit 2023 (IFCS 2023) pada Rabu (09/08/2023) kemarin.

Pada tahun 2020 ekosistem BUMN berkontribusi sekitar 30 hingga 35 persen terhadap total emisi karbon di Indonesia, meliputi cakupan 1, 2, dan 3. Sebagai upaya untuk menekan emisi, beberapa BUMN bersinergi untuk melaksanakan inisiatif dekarbonisasi, seperti kolaborasi yang dilakukan anak usaha Pertamina, yaitu Pertamina NRE, dan Perum Perhutani dalam pengembangan nature based solution (NBS).

Sebagai BUMN energi, Pertamina disebut memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan memastikan ketahanan energi. Untuk itu dalam masa transisi energi saat ini di mana energi fosil masih tetap digunakan, maka secara pararel bertahap pengembangan energi baru dan terbarukan dilakukan.

“Melalui inisiatif NBS kita bisa menekan emisi karbonnya,” ungkap Fadli Rahman dalam siaran pers dikutip SuaraBanyuurip.com Jumat (11/08/2023).

Baca Juga :   Melihat Perjalanan Akhir Gas Gundi

Fadli melanjutkan, setidaknya terdapat 9 konsesi milik Perum Perhutani yang berpotensi dikembangkan untuk NBS. NBS Pertamina NRE dan Perhutani diawali dengan penandatanganan head of agreement (HoA) pada 20 Juni 2022, yang dilanjutkan dengan penandatanganan master agreement (MA) pada 20 Februari 2023.

Dua dari sembilan konsesi tersebut memiliki potensi kredit karbon mencapai 25 juta ton untuk 30 tahun. Kolaborasi kedua entitas ini akan berlanjut dengan pengembangan tujuh konsesi lainnya. Secara total, proyek kerja sama ini berpotensi menurunkan 7 juta ton CO2e per tahun, atau secara kumulatif 20 juta ton kredit karbon sampai dengan tahun 2030.

Perdagangan karbon kredit yang dilakukan Pertamina NRE berbasis pada NBS dan solusi teknologi. Contoh perdagangan karbon kredit berbasis solusi teknologi adalah dengan pemanfaatan pembangkit listrik energi terbarukan sebagai sumber carbon offset. Perdagangan karbon kredit berbasis solusi teknologi sudah dilakukan sejak tahun 2011 oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang merupakan anak usaha Pertamina NRE.

Saat ini Pertamina NRE telah menandatangani kerja sama dengan anak usaha Pertamina lainnya, yaitu Pertamina Patra Niaga untuk perdagangan karbon kredit. Pertamina Patra Niaga membeli karbon kredit dari Pertamina NRE dengan volume 1,8 juta ton emisi karbon ekuivalen untuk periode satu tahun.

“Sumber yang ditunjuk carbon offset adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lahendong unit 5 dan 6 berkapasitas 2×20 MW yang dikelola oleh PGE,” kata Fadli.

Baca Juga :   Luncurkan One Two Trees, Komitmen SKK Migas Jaga Lingkungan

Dia menandaskan, bahwa ada tiga tantangan utama dalam perdagangan kredit karbon yang semuanya berkaitan dengan waktu. Pertama, berkejar dengan waktu untuk dapat menjalankan 9 konsesi NBS. Kedua, waktu untuk menunggu terbitnya regulasi pemerintah terkait perdagangan karbon.

Saat ini Pertamina NRE terus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait regulasi. Dan ketiga, waktu untuk menunggu terbentuknya pasar kredit karbon di Indonesia.

“Sebagai perpanjangan tangan pemerintah, Pertamina memastikan bahwa pasar dalam negeri siap dan mendahulukannya sebelum melayani pasar luar negeri,” tandas Fadli.

Sementara Vice President Corporate Communication (VPCC) Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina mendukung program Pertamina NRE dalam penurunan emisi karbon.

“Inisiatif Pertamina NRE mencerminkan kontribusi dalam energi transisi dan dekarbonisasi, sekaligus kiprah Pertamina sebagai perusahaan Fortune Global,” ujarnya.

Untuk diketahui, peringkat Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia sekaligus satu-satunya BUMN yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2023 terus mengalami peningkatan.

Tahun ini Pertamina berada di peringkat #141 naik 82 peringkat dibanding tahun 2022 yang berada di posisi #223. Pertamina bahkan berhasil melonjak 146 peringkat dibanding tahun 2021 yang berada di posisi #287.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *