SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Di tengah pesatnya persaingan pasar, Mahfud warga Desa Buntalan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terus memperkenalkan brand lokal miliknya. Tas kekinian menjadi langkah awal untuk mengembangkan usaha yang ditekuni sejak 10 tahun silam dan diberi merek Aprime.
Brand Aprime merupakan produk lokal yang lahir dari ide-ide kreatif dirinya, karena melihat peluang di pasaran. Aprime menjadi produk unggulan untuk menarik minat masyarakat terutama anak muda.
“Ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan akan tas kekinian. Meski brand Aprime ini masih belum banyak yang mengenalnya,” kata Mahfud.
Sebelum menciptakan Aprime, ia juga sudah menekuni pembuatan tas sejak 10 tahun yang lalu. Setelah ia mencoba peruntungan membuka usaha sendiri setelah resign dari perusahaan tas di Surabaya.
“Awal-awal coba buat sendiri bersama istri, ternyata ada yang tertarik karena bagus. Pertama buat tas sekolah mereknya Polo Nine yang telah terdaftar di badan usaha,” ujarnya, Selasa (12/9/2023).
Dia mengatakan, pertama merintis usaha tentu banyak kendala terutama pemasarannya. Bahkan hanya dapat menjual 400 psc tas sebulan pertama. Karena tak ada yang tahu dan kenal sehingga harus membuka pasar sendiri.
Meski belum banyak permintaan, bersama istri terus menekuni bisnis tas ini hingga akhirnya menerima sejumlah pesanan dari luar kota seperti Surabaya hingga Bali. Sistemnya, kata dia, di sini hanya menyediakan stok tas sesuai permintaan konsumen.
“Jadi, bukan menggunakan brand saya, tapi konsumen membuat brand sendiri. Di situ saya merasa rugi, hingga akhirnya membuat brand Polo Nine,” katanya kepada suarabanyuurip.com.
Mahfud mengungkapkan, banyaknya pesanan hingga sekitar 1.000 pcs per bulan harus memutar otak untuk menambah tenaga produksi. Akhirnya, karena banyak warga yang tertarik bekerja dari rumah, Mahfud mulai melatih beberapa warganya untuk membuat tas.
“Sekitar enam bulan baru saya memiliki 11 pekerja. Jadi ini juga menjadi kendala sendiri,” katanya.

Meski sudah banyak pesanan, akan tetapi pesatnya persaingan pasar terus meningkat sehingga pemasaran produk juga harus diperluas. Sehingga, tas kekinian menjadi langkah awal untuk mengembangkan usaha.
“Tas kecil-kecil yang diminati anak muda terus kami produksi dan dipromosikan. Tapi saat ini masih kesulitan dalam pemasarannya, terutama melalui media sosial,” katanya.
Sebetulnya, Mahfud melanjutkan, bisa memproduksi tas jenis apa saja seperti tas sekolah, tas dokter, tas remaja, hingga tas kekinian yang trend. Namun, karena lemahnya mengelola media sosial seperti Facebook, Instragram hingga marketplace seperti shopee sehingga pemasaran belum luas.
“Padahal dari segi bahan dan kualitas tak kalah dengan brand yang sudah terkenal. Harganya pun juga terjangkau mulai Rp 30 ribu sampai Rp 250 ribu,” katanya.
Dia berharap, kedepan brand lokalnya bisa lebih dikenal, terutama di pemasaran online.(jk)