Mantan Pekerja Proyek Gas JTB Berdayakan Warga Kurang Mampu

Wahyu dan Kartono serta rekannya sedang beraktivitas memberikan pakan bebek pedaging yang sebentar lagi siap dipanen.

Meski dengan proses yang cukup panjang dan melelahkan. Mantan pekerja proyek GPF JTB sukses mendirikan usaha budidaya bebek pedaging.

Habisnya pengerjaan proyek konstruksi Gas Processing Facility Jambaran-Tiung Biru (GPF JTB) yang berpusat di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kebupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tak membuat sebagian mantan pekerja dari desa sekitar operasi berkecil hati dalam mencari sumber penghasilan.

Tak sedikit dari mereka yang beralih ke sektor wirausaha. Wahyu Saputra, warga Dusun Sumurpandan, Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, salah satunya.

Mantan pekerja proyek di salah satu sub kontraktor proyek Gas JTB ini nekat mendirikan usaha bebek pedaging sejak bulan Januari 2023 lalu. Meski dalam prosesnya tak semudah membalikkan telapak tangan namun kini hasilnya cukup bisa dirasakan.

“Sudah delapan bulan saya buka usaha budi daya bebek pedaging ini,” kata Wahyu, kepada SuaraBanyuurip.com.

Pria lajang ini menuturkan, bahwa pernah menjadi tenaga kerja di proyek gas JTB sejak tahun 2020 hingga akhir 2022. Namun tak bisa melanjutkan pekerjaannya lantaran ada pengurangan tenaga kerja besar- besaran dilakukan oleh pihak perusahaan menjelang proyek konstruksi GPF JTB rampung. Sehingga harus berhenti bekerja di proyek gas JTB.

“Waktu itu pengurangan tenaga kerja besar-besaran termasuk saya. Sehingga membuat saya harus memutar otak untuk menciptakan peluang kerja sendiri, yang akhirnya menjatuhkan pilihan membudidaya bebek pedaging ini,” ungkap pemuda yang berdomisili di Rukun Tetangga (RT) 12, Rukun Warga (RW) 03 ini.

Kandang bebek pedaging miliknya berukuran 9×30 meter, populasi keseluruhan 2000 bibit. Dengan sistem estafet yaitu, seminggu sekali pengisian bibit.

Wahyu dan Kartono serta rekannya sedang memilihi bebek pedaging yang akan dijual.

“Rata-rata usia 35 hari panen, jadi caranya seminggu kita panen dan mengisi bibit. Sekali ngisi 500 bibit bebek pedaging begitu seterusnya,” ujarnya.

Warga desa sekitar Gas JTB dan ring satu ladang minyak Banyu Urip, Blok Cepu, ini menjelaskan, untuk harga per kilogram (Kg) beberapa hari ini ada penurunan meski tidak banyak. Dari semula Rp 27.000/Kg sekarang Rp 24.000/Kg.

“Harga kadang turun dan naik itu hal yang lumrah. Terpenting masih ada keuntungan. Mudahan-mudahan segera ada kenaikan harga lagi,” ucap pemuda berusia 21 tahun ini.

Pemuda kreatif dan inovatif ini seakan tak menghiraukan cuaca panas dan deru mesin pemuntah emas hitam ladang minyak Banyu Urip yang acap kali terdengar ia terus beraktivitas di kandang bebek miliknya dengan ditemani dua karyawan untuk memberikan pakan dan memilah bebek pedaging yang sebentar lagi siap dipanen.

“Sekali memanen kadang bisa 8 kwintal lebih kadang juga kurang. Melihat kondisi produktivitas bebek. Jadi kalau dihitung secara total panen 35 sampai 40 hari bisa mencapai 1 ton lebih,” imbuhnya.

Di pilihnya usaha bebek pedaging, selain hobi ternak juga melihat peluang usaha yang ada. Meski modal yang dikeluarkan mencapai puluhan juta tidak menjadi soal karena peluang bisnisnya mencapai keuntungan ada.

“Memang modalnya banyak saat mengawali buka usaha, mulai buat kandang, beli bibit, lalu beli pakan dan lainnya. Total keseluruhan Rp40 juta lebih. Tapi selanjutnya ringan karena hasil dari panen itu bisa dimanfaatkan. Lagi pula ada join dengan pihak pengepul atau pembeli jadi tidak begitu berat lagi,” katanya.

“Untuk hasil tentu sudah bisa kami rasakan, dan kini juga sudah bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Gayam dari kalangan keluarga tidak mampu. Meski baru dua orang untuk membantu merawatnya,” ujar pemuda ramah ini.

Wahyu mengaku, hasil yang didapat dari penjualan bebek selain dibuat untuk membeli bibit dan pakan sebagian juga disimpan untuk nantinya digunakan memperbaiki kandang.

“Saat ini saya fokus perbaikan kandang karena masih sederhana terbuat dari bambu dan akan saya ganti kayu agar kedepan semakin lebih bagus,” ucapnya.

Ketika disinggung perihal harapan kedepan. Warga desa ring satu ladang minyak Banyu Urip ini mengaku, meski usaha yang dilakukan saat ini milik pribadi namun juga membuka diri kepada siapapun untuk bekerjasama. Terlebih dengan perusahaan migas yang mengelola lapangan Gas JTB maupun ladang minyak Blok Cepu. Dengan tujuan untuk meningkatkan program kewirausahaan bagi warga sekitar operasinya.

Sehingga akan dapat membuka peluang kerja bagi warga sekitar semakin banyak. Dan tentunya selain dapat meningkatkan ekonomi juga bisa meminimalisir kecenderungan untuk bekerja di proyek migas yang notabene membutuhkan skill yang tidak semua orang memilikinya.

“Saya persilahkan jika ada perusahaan migas disini yang ingin ikut membantu meningkatkan usaha ternak bebek pedaging ini. Teknisnya seperti apa kan bisa dimusyawarahkan,” pungkasnya.

“Alhamdulillah dari merawat bebek pedaging milik Mas Wahyu, mendapatkan hasil tambahan selain bertani. Jadi bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari hari,” sambung Kartono yang kesehariannya merawat bebek pedaging milik Wahyu.(Sami’an Sasongko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *