SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Tuban – Proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban atau Kilang Minyak Tuban di wilayah Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, merupakan proyek strategis nasional (PSN). Megaproyek dengan investasi senilai US$13,5 miliar atau setara dengan Rp205,05 triliun itu perkembangannya sekarang ini masih dalam proses persiapan tahap keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) dengan mitra Rusia, Rosneft Singapore Pte Ltd.
“Sampai saat ini Rosneft Singapore Pte Ltd belum menyetujui penyertaan modal untuk pengembangan proyek atau site development lantaran belum diperolehnya keputusan akhir investasi dari GRR Tuban,” kata Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, belum lama ini.
Taufik menjelaskan, pihaknya sekarang ini juga masih memerlukan sejumlah dukungan terkait infrastruktur dan akses lahan kilang sebagaimana tertuang dalam joint venture agreement antara Pertamina dan Rosneft. Yakni, pembangunan ruas jalan tol ruas Tuban dan rel kereta api dari Babat-Tuban untuk mendukung operasi kilang secara berkelanjutan.
“Juga pelebaran jalan dan penguatan jembatan existing di ruas Gresik-Tuban. Status saat ini, telah didapatkan persetujuan pelebaran jalan sebesar 3,6 kilometer dari target 10,5 km,” tuturnya.
Perkembangan lainnya, tambah Taufik, PT KPI juga sedang mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan proyek GRR Tuban kepada rekanan bisnis Rosneft.
Untuk diketahui, pekerjaan General Engineering Design (GED) untuk GRR Tuban dilaksanakan di Madrid, Spanyol. Pekerjaan ini dimulai sejak November 2019 yang terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED). Tahap BED diselesaikan pada 31 Maret 2021 dan langsung dilanjutkan dengan tahap FEED yang berakhir pada 31 Mei 2022.
Proyek GGR Tuban Berdiri di atas lahan seluas 840 hektar di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Secara umum kilang GRR Tuban terdiri dari total 70 unit dengan 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan petrokimia, dan sisanya merupakan unit pendukung.
Kilang GRR Tuban sendiri ditargetkan dapat menjadi pemimpin industri dengan margin pengolahan tertinggi dibandingkan dengan kilang lain di Asia Tenggara.
Salah satu inovasi penting yang ditelurkan dari GED GRR Tuban ini adalah penggunaan teknologi high bottom of the barrel conversion yang memungkinkan kilang GRR Tuban dapat mengolah residu atau sisa minyak mentah menjadi material olahan minyak bumi lain yang bernilai tinggi.
Sebagai tambahan kilang GRR Tuban juga diproyeksikan dapat mengolah minyak mentah berat dan mengandung sulfur tinggi yang secara umum dikenal tidak mudah untuk diolah. Selain itu kilang GRR Tuban juga terintegrasi dengan kompleks industri petrokimia yang dapat mengolah material minyak bumi menjadi produk turunan petrokimia seperti styrene, polypropylene, polyethylene, serta produk aromatik.
GED merupakan tahap yang penting dalam persiapan pembangunan kilang GRR Tuban karena kegiatan ini akan menghasilkan gambaran secara spesifik terhadap peralatan kilang dan infrastruktur yang akan dibangun di kilang GRR Tuban. Tingginya kompleksitas kilang GRR Tuban yang mencapai skala 13,3 berdasarkan standar Nelson Complexity Index membuat perancangan GED dilakukan dengan sangat hati-hati dan perhitungan matang. Pengerjaan GED GRR Tuban menghasilkan total 40.000 dokumen, melibatkan 700 orang tenaga ahli, 105 sesi tinjauan model 3D kilang, serta 345 sesi studi analisis risiko keselamatan dan kerja dengan metode Hazard and Operability Study. Secara total, pengerjaan BED ini menghabiskan lebih dari 2,1 juta jam kerja.
GGR Tuban dirancang memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah kurang lebih 300 ribu barel per hari dan produksi petrochemical mencapai 4.250 kilo ton per annum (ktpa). Selain itu, Kilang Tuban juga akan memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dengan kualitas Euro V (BBM ramah lingkungan) yaitu gasoline sebesar 80.000 barel per hari dan diesel sebesar 98.000 barel per hari.
Proyek Kilang Tuban akan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang pada saat konstruksi dan 2.500 pada saat mulai beroperasi.(suko)