Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro
Jakarta – Permintaan minyak sebagai bahan bakar diproyeksikan bakal meningkat pada 2045 mendatang. Yakni dari 88 MBOEPD pada tahun 2021 lali menjadi 101 MBOEPD pada 2045.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, permintaan migas tetap tumbuh terutama di wilayah berkembang seperti India, Afrika dan Asia, dimana pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan kendaraan akan melonjak secara signifikan.
“Itu mengacu pada 2022 OPEC World Oil Outlook 2045, permintaan minyak sebagai bahan bakar diproyeksikan meningkat dari 88 MBOEPD pada 2021 menjadi 101 MBOEPD pada 2045. Sementara porsi dalam bauran energi menurun dari 31 persen menjadi di bawah 29 persen,” katanya sebagaimana dikutip dari laman ESDM.
Dia mengatakan, permintaan gas juga diantisipasi meningkat dari 66 MBOPD pada tahun 2021 menjadi 85 MBOPD pada 2045 mendatang. Namun, dalam bauran energi akan meningkat dari 23 persen menjadi 24 persen pada tahun yang sama.
Oleh karena itu, Arifin mengatakan target produksi 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD pada tahun 2030 masih diperlukan untuk penggunaan dalam negeri, mengingat potensi hulu migas sangat besar.
“Kami memiliki 68 potensi cekungan yang belum dieksplorasi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar bbl, sedangkan cadangan gas terbukti sekitar 43 TCF,” jelasnya.
Untuk menarik minat investasi hulu migas di Indonesia, Menteri ESDM membeberkan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa terobosan kebijakan. Diantaranya melalui fleksibilitas kontrak (PSC Cost Recovery atau PSC Gross Split), perbaikan term & condition pada bid round, insentif fiskal/non-fiskal, pengajuan izin on-line dan penyesuaian regulasi untuk yang tidak konvensional.
“Selain itu, kami akan merevisi peraturan migas dengan ketentuan seperti perbaikan termin fiskal, kemudahan berusaha, dan kepastian kontrak, serta membuka dialog bersama operator dan investor untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif,” kata Arifin, Rabu (23/11/2022).
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030, perlu kolaborasi aktif dari seluruh pihak baik domestik maupun internasional untuk membuka potensi-potensi migas di Indonesia.
“Salah satunya dengan optimalisasi produksi dari lapangan yang ada; Transformasi sumber daya menjadi produksi; Mengakselerasi penggunaan teknologi Chemical EOR,” katanya.(jk)